Soroti Anggaran Istana Negara di IKN Tak Masuk Akal, Omongan Ridwan Kamil Digoreng Habis-habisan
“Sangat berlebihan. Mahal sekali,” kata Emil pada acara Pro Talk bertajuk Arsitektur sebagai Artefak Peradaban dalam Prespektif Istana Negara yang dikutip dari akun YouTube Ikatan Arsitek Indonesia Nasional, kemarin.
Menurut dia, meski proses sayembara desain telah dilakukan dan cetak birunya sudah ada, tapi hal tersebut tak menjamin hasil akhirnya bakal sama seperti rencana. Pasalnya, lanjut Emil, acap kali keputusan politis mengintervensi pembangunan.
“Ini yang harus dikawal antara desain sayembara dengan hasil akhirnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, sebagai seorang berlatar belakang arsitek, Emil juga mengkritisi arsitek lainnya yang ia nilai suka membuat desain proyek besar dengan luas berlebihan. Menurut dia, ada tiga faktor paling penting dalam mendesain sebuah kota, yakni desain, density, dan diversity.
Menurut mantan Wali Kota Bandung itu, tolak ukur kelayakan hidup (livability) sebuah kota tak diukur dari luasnya. “Makanya saya meyakini kota yang baik yang compact city, jalan kaki dengan suka rela bukan terpaksa,” jelas dia.
Penjabaran Emil mengundang reaksi dari ekonom senior Indef, Faisal Basri. Di akun Twitter pribadinya, @ FaisalBasri mengunggah tautan berita yang isinya kegelisahan Emil terhadap rencana pembangunan Istana Negara di Nusantara yang menyedot keuangan negara senilai Rp 2 triliun.
“Makin banyak keganjilannya,” tulis Faisal Basri.
Faisal Basri sendiri merupakan salah satu yang membuat petisi penolakan pemindahan Ibu Kota. Petisi berjudul “Pak Presiden, 2022-2024 bukan waktunya memindahkan ibu kota negara” itu diinisiasi oleh 45 tokoh dan sudah ditandatangani lebih dari 21 ribu orang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami