Asing Soroti Pembelian Puluhan Jet Tempur Dassault Rafale Indonesia karena...
Kabar Indonesia memesan 42 unit jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation Prancis, menjadi sorotan internasional. Saham perusahaan penerbangan tersebut langsung melejit.
Kabar itu rame-rame diberikanmedia asing ternama di dunia. Kamis (10/2), Kementerian Pertahanan (Kemhan) diwakili Kepala Badan Sarana Pertahanan Marsda Yusuf Jauhari meneken pembelian pesawat tempur itu dengan perwakilan Dassault Aviation di Jakarta.
Baca Juga: Prabowo Dikritik Soal Jet Tempur, Pengamat: PSI Tidak Paham
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Menhan Prancis Florence Farly menyaksikan penandatanganan kontrak mengenai pembelian 6 pesawat. Selanjutnya, dalam waktu dekat, Indonesia akan memesan 36 Rafale. Totalnya menjadi 42 unit jet tempur Rafale harganya 8,1 miliar dolar AS (Rp 116 triliun).
Seorang pejabat kemhan Prancis mengatakan kepada wartawan dalam jumpa pers, fase pertama dari kesepakatan, lebih dari enam jet Rafale, akan dieksekusi selama beberapa bulan ke depan. Sedangkan 36 unit sisanya akan dikirimkan pada tahap selanjutnya, baik akhir tahun ini atau tahun 2023.
Dassault Aviation menyatakan kesepakatan itu menandai dimulainya kemitraan jangka panjang. Kesepakatan itu juga memungkinkan mempercepat kehadirannya perusahaan itu di Indonesia. Di tengah ramenya pemberitaan itu, Saham Dassault naik sekitar 4 persen.
Tak hanya soal jual beli senjata,Kemhan Prancis menyatakan, perjanjian juga mencakup pengembangan kapal selam dan amunisi. Kesepakatan itu menjadikan Indonesia sebagai klien senjata Prancis terbesar di kawasan.
Prabowo mengatakan, Indonesia akan membeli dua kapal selam kelas Scorpene Negeri Eiffel Tower itu. Kapal selam Scorpene yang dilengkapi denganempat generator diesel yang menyediakan daya 2.500 kWini, dibekali dengan permanentmagnet synchronous motor.
Kapal selam Scorpene buatan perusahaan DCNS dikembangkan berdasarkan kapal selam tenaga nuklir kelas Amethyste milik Angkatan Laut (AL) Prancis.
Selain itu, kerja sama kedua negara meliputi research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Group, Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama Program Offset dan Training Of Trainer (ToT) antara Dassault dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Termasuk, MoU kerja sama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group dan kerja sama pembuatan amunisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.
Kesepakatan kerja sama pertahanan dengan Indonesia muncul ketika Paris, yang memandang dirinya sebagai kekuatan maritim global, berupaya memperluas hubungan geopolitik di Indo Pasifik. Kebijakan negara yang dipimpin Presiden EmmanuelMacron itu menyusul langkah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia menciptakan aliansi strategis tahun lalu di kawasan Pasifik yang disebut Aukus.
“Kesepakatan itu menjadikan Indonesia negara kedua di kawasan Indo Pasifik setelah India yang mengandalkan jet produksi Dassault Aviation,” kata Menhan Parly.
Dalam pemberitaannya, kantor berita Prancis, AFP, menyinggung keunggulan jet tempur Rafale. “Rafale telah terbukti populer di pasar internasional meskipun ada persaingan dari produsen AS dan Eropa lainnya,” tulis AFP.
“Pesanan puluhan jet tempur Rafale tersebut merupakan langkah Indonesia untuk menggantikan armadanya yang menua, terutama F-16 dari AS dan Sukhoi dari Rusia,” imbuh media itu.
BNN Bloomberg, media dari Kanada, menyebut, Dassault Aviation memperpanjang keberhasilannya soal penjualan jet tempurnya. Pasalnya, sebelum Indonesia, Dassault Aviation juga menerima pesanan jet tempur Rafale dari Uni Emirat Arab (UEA), Yunani, Kroasia, dan pesanan tambahan dari Mesir.
“Kesepakatan tersebut mencakup pelatihan, dukungan logistik untuk beberapa pangkalan udara, dan pusat pelatihan yang dilengkapi dengan simulator,” sebut media itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto