Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI) Rudy Brando Hutabarat mengatakan melakukan konsolidasi dengan Kementerian Keuangan untuk menyiapkan bahan argumentasi jika ada pembahasan yang alot.
Pembahasan tersebut bertujuan agar pemerintah dapat mengkomunikasikan dengan baik isu yang dibahas kepada negara-negara lain dan memiliki argumentasi yang kuat.
Baca Juga: Exit Strategi Negara Maju Jadi Bahasan Penting G20
“Itu yang pertama, jadi kami konsolidasi di internal antara Kementerian Keuangan dan kemudian Bank Indonesia untuk menyampaikan argumentasi yang terbaik,” katanya.
Rudy mengatakan juga akan melakukan dialog kepada negara-negara yang memiliki argumentasi tersendiri. Ia bilang, akan menekankan pentingnya kolaborasi dibandingkan kompetisi.
“Kalau collab artinya kita mau menerima orang lain. Kalau menerima orang lain tentu tidak mau menang sendiri. Kita melakukan dialog bilateral lobi komunikasi dan kita petakan negara ini pandangannya apa, negara ini pandangannya apa, kemudian didekati yang negara yang kira-kira mempunyai pandangan berbeda itu kita dekati untuk mencari titik temu,” ujarnya.
Rudy melanjutkan, dalam G20 nanti akan membahas poin penting yaitu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dapat memberikan efek buruk terhadap negara berkembang.
Pasalnya, saat ini kondisi pandemi membuat pemulihan ekonomi di negara berkembang belum merata.
"Kenapa kami menekankan yang exit strategy to support recovery? Karena kita lihat saat ini pertumbuhan ekonomi dunia, pemulihannya tidak merata. Jadi ada yang cepat, ada yang masih lambat," ujar Rudy.
Menurutnya,The Fed saat ini sudah mulai melakukan pengurangaj likuiditas atau tapering dan berencana menaikan suku bunga yang menjadi salah satu bentuk dari exit strategy.
"Ketika Fed mulai melakukan tapering, dan kemungkinan akan menaikkan suku bunga, dan satu tahun ini diperkirakan 4 sampai 5 kali," ujarnya.
Menurutnya, exit strategy yang tidak diperhitungkan dan dikomunikasikan dengan baik akan mengganggu pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang.
Maka dari itu gangguan tersebut bisa dimitigasi apabila kebijakan exit strategy diperhitungkan dan dikomunikasikan dengan baik.
"Kalau direncanakan dengan baik, maka dampaknya ke negara-negara emerging lebih terbatas. Ini mengapa penting? Kalau dampak rambatan itu dapat dimitigasi, maka negara-negara berkembang yang saat ini masih dalam tahap pemulihan, maka dia akan lebih fokus pada pemulihannya," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Alfi Dinilhaq