Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kejutan Israel Bikin Geger Dunia, Rudal Iron Dome Batal Masuk Ukraina

Kejutan Israel Bikin Geger Dunia, Rudal Iron Dome Batal Masuk Ukraina Kredit Foto: Anadolu Agency/Ali Jadallah
Warta Ekonomi, Tel Aviv -

Israel telah menolak penjualan sistem pertahanan rudal Iron Dome ke Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh jurnalis dan penulis terkenal Israel, Nadav Eyal.

Dalam kolom yang ditulis untuk harian Israel, Yedioth Ahronoth, Eyal mengatakan, tujuan penolakan penjualan itu adalah untuk menghindari keterlibatan Israel dalam krisis Rusia-Ukraina. Tel Aviv tidak mau ikut campur dalam konflik Rusia-Ukraina, karena Moskow menempatkan pasukan di Suriah.

Baca Juga: Akhirnya Terjawab, KBRI Kiev Sampaikan Situasi Teranyar Para WNI di Tengah Konflik Ukraina

Israel dan Suriah hingga kini terlibat perang, serta kerap melakukan serangan. Sementara, Rusia memihak pada Suriah dan menekan Israel untuk menghentikan serangan. Dengan demikian, Israel dapat menghadapi risiko konfrontasi dengan Rusia.

“Dalam upaya untuk menghindari keterlibatan Israel dalam krisis antara Rusia dan Ukraina, Israel menolak untuk menjual sistem pertahanan rudal Iron Dome ke Kyiv agar tidak mengganggu Rusia,” kata Eyal, dilansir Anadolu Agency, Rabu (16/2/2022).

Ukraina awalnya mengajukan permintaan pembelian sistem pertahanan ke Amerika Serikat (AS). Karena sistem pertahanan itu dikembangkan bersama oleh Israel dengan Pentagon.

Kyiv memulai kampanye tekanan pada anggota parlemen di Washington untuk memfasilitasi kesepakatan. Ukraina juga secara resmi meminta AS menempatkan sistem rudal patriot dan Iron Dome di wilayah mereka musim semi lalu, untuk mengantisipasi serangan Rusia.

"Namun penjualan teknologi kepada pihak ketiga tidak memungkinkan tanpa persetujuan bersama," ujar Eyal.

Beberapa anggota Kongres telah membuat amandemen RUU pertahanan 2022, yang akan menekan Gedung Putih untuk menjual atau mentransfer sistem pertahanan udara dan rudal ke Ukraina, termasuk Iron Dome. Eyal mengatakan, situasi ini menempatkan Israel dalam posisi yang rumit.

"Israel dapat menolak permintaan AS untuk memasok Ukraina dengan teknologi, atau menghadapi risiko konfrontasi dengan Rusia," kata Eyal.

Israel menggunakan sistem pertahanan Iron Dome untuk mencegat rudal jarak pendek dan roket yang ditembakkan oleh kelompok perlawanan Palestina dari Jalur Gaza. Sementara Ukraina ingin menggunakan sistem pertahanan Iron Dome untuk menghadapi kemungkinan serangan Rusia.

Rusia mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa Rusia telah merencanakan invasi militer ke Ukraina. Sejumlah negara Barat memprediksi invasi itu dapat terjadi dalam waktu dekat.

Rusia menyangkal tuduhan Barat bahwa mereka merencanakan invasi. Namun Moskow mengatakan, mereka bisa mengambil tindakan "teknis militer" yang tidak ditentukan kecuali serangkaian tuntutan mereka dipenuhi. Salah satunya melarang Kyiv bergabung dengan aliansi NATO.  

Rusia siap untuk berbicara dengan Barat untuk mencoba meredakan krisis keamanan.  Dalam percakapan yang disiarkan televisi, Presiden Rusia Vladimir Putin bertanya kepada Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, apakah ada kemungkinan kesepakatan untuk mengatasi masalah keamanan Rusia, atau apakah Rusia terseret ke dalam negosiasi yang berliku-liku.

"Kami telah memperingatkan lebih dari sekali bahwa kami tidak akan membiarkan negosiasi tanpa akhir atas pertanyaan yang menuntut solusi hari ini. Tampaknya bagi saya bahwa kemungkinan kita masih jauh. Pada tahap ini, saya akan menyarankan untuk melanjutkan dan membangunnya," kata Lavrov menanggapi pertanyaan Putin.

Negara-negara Barat telah mengancam akan menjatuhkan sanksi skala besar jika Rusia menyerang Ukraina.  Kelompok Tujuh (G7) memperingatkan bahwa, mereka akan menjatuhkan sanksi ekonomi dan keuangan yang  memiliki konsekuensi besar pada ekonomi Rusia.

Moskow mengatakan, upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO merupakan ancaman. Sementara NATO tidak memiliki rencana untuk menarik Ukraina. Negara-negara Barat mengatakan, mereka tidak dapat bernegosiasi mengenai hak negara berdaulat untuk membentuk aliansi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: