Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Flexing?

Apa Itu Flexing? Kredit Foto: Shuterstock
Warta Ekonomi, Jakarta -

Flexing adalah fenomena pamer kekayaan yang dilakukan para orang kaya. Terlebih, dengan adanya sosial media, flexing menjadi fenomena yang dianggap biasa. Hal yang dahulu dianggap tabu, seperti pamer isi rekening, jadi hal yang biasa, bahkan membanggakan.

Hal-hal yang biasa dipamerkan orang kaya ini adalah mobil mewah, pakaian branded, uang yang bertumpuk, jet pribadi, liburan ke luar negeri, tas dari desainer termahal, dan lain sebagainya.

Flexing ini dilakukan dengan tujuan yang beragam. Ada yang ingin menunjukkan status sosial, membuat imej atau kesan, bahkan strategi promosi diri. Namun rupanya, flexing tak hanya soal kekayaan, bisa juga memamerkan pencapaian, keberhasilan, bahkan hubungan romansa.

Baca Juga: Apa Itu Brand Image?

Pada dasarnya, flexing dilakukan atas kesadaran dan hal orang tersebut. Asalkan, barang yang dipamerkan adalah milik pribadi atau hasil pencapaian sendiri. Jika itu milik orang lain yang diakui bahkan untuk menutup kekurangan diri, maka itu akan merugikan dirinya sendiri.

Dari laman Dictionary, flexing adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam untuk "menunjukkan keberanian" atau "pamer" sejak tahun 1990-an. Berasal dari kata 'Flex' yaitu istilah slang yang berarti "pamer", apakah itu fisik, barang-barang, atau hal lain yang dianggap lebih unggul dari orang lain.

Tindakan flexing sering dikritik sebagai gerakan kekuasaan, dianggap sombong dan tidak tulus. Banyak yang berpendapat bahwa kata flexing adalah orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.

Padahal, biasanya, orang semakin kaya akan semakin merunduk dan menjaga privasi. Sehingga flexing bukanlah cerminan orang kaya yang sesungguhnya.

Perilaku flexing tidak hanya sebagai bentuk pencitraan diri, tetapi bisa dibuat sebagai alat marketing perusahaan. Meski demikian, ada juga yang menggunakan flexing sebagai modus penipuan. Oleh sebab itu, masyarakat perlu hati-hati agar tidak mudah terbuai oleh iming-iming suatu investasi atau produk yang kurang masuk akal.

Namun, ada juga yang melakukan flexing hanya untuk kesenangan belaka. Tetapi hal ini tetap berbahaya karena bisa menjadi gaya hidup suatu generasi hingga harus memaksakan diri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: