PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyatakan bahwa perusahaan berkomitmen untuk membangun bisnis secara berkelanjutan setelah berhasil menghadapi lonjakan klaim dan peningkatan nilai beban pada 2021.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengungkapkan bahwa pada 2021 pihaknya menghadapi cukup banyak klaim besar, termasuk di sektor reasuransi umum. Pada sektor ini, jelas dia, catatan klaim terbesar datang dari lini reasuransi kebakaran.
Ia menjelaskan bahwa klaim kebakaran suatu pabrik di Indonesia cukup memberikan dampak terhadap portofolio lini bisnis reasuransi kebakaran.
“Klaim tersebut berasal dari industri migas dengan nilai kerugian total mencapai hampir Rp1 triliun, dan klaim sesuai saham Indonesia Re adalah sebesar Rp70 miliar,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Hadapi Tantangan Industri di 2022, Indonesia Re Siapkan Fokus Kembangkan Produk Asuransi Kesehatan
Selain reasuransi kebakaran, sambung Benny, lini bisnis lainnya juga mencatatkan beberapa klaim besar adalah dari lini konstruksi. “Dari bisnis reasuransi keuangan, terdapat satu catatan klaim dengan nilai yang cukup besar, untuk reasuransi penjaminan.”
Adapun, total klaim akibat Covid-19 dari sektor reasuransi jiwa adalah sebesar Rp 623 milar dan ini sudah merupakan nilai bersih yang dibayarkan oleh Indonesia Re. Di samping beban klaim, Indonesia Re juga mengalami peningkatan beban pajak pada 2021.
“Beban pajak timbul berawal dari proses penggabungan (merger) perusahaan dalam rangka pembentukan Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN) pada 2015,” jelas Benny. Kendati begitu, Benny menegaskan bahwa beban pajak sudah dituntaskan pada tahun 2021.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: