Hong Leong Investment Bank Bhd (HLIB) memperkirakan, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kemungkinan akan tetap berada pada level yang tinggi hingga Semester I 2022.
Kondisi ini didukung prospek produksi jagung dan kedelai yang lebih lemah di Amerika Selatan dan langkah pemerintah Indonesia baru-baru ini untuk memperluas persyaratan izin ekspor untuk semua produk minyak sawit.
Baca Juga: CPOPC Resmi Luncurkan Prinsip Kerangka Kerja Global Sawit Berkelanjutan
Analis HLIB Chye Wen Fei mengatakan, perluasan izin ekspor Indonesia untuk produk minyak sawit termasuk turunannya yang berlaku mulai 15 Februari 2022, dapat mengganggu rantai pasokan minyak sawit.
“Sementara kami terus percaya bahwa penurunan harga CPO akan terwujud ketika produksi minyak sawit pulih, ini bergantung pada beberapa ketidakpastian,” kata Chye, dilansir laman InfoSAWIT.com pada Senin (21/2/2022).
Lebih lanjut diungkapkan Chye, untuk Semester I 2022, pemulihan minyak nabati bergantung pada beberapa ketidakpastian, termasuk masuknya pekerja asing ke Malaysia dan melonjaknya harga pupuk. Kenaikan harga pupuk dapat mengakibatkan pekebun swadaya mengurangi aplikasi pupuk untuk kelapa sawit.
HLIB tercatat menaikkan perkiraan harga CPO tahun 2022 menjadi RM4.300 per ton dari RM3.500 per ton untuk mengantisipasi situasi ketatnya pasokan minyak nabati, termasuk minyak sawit, yang akan terus mendukung harga CPO untuk beberapa bulan ke depan.
Baca Juga: Kendalikan Harga Minyak Nabati Domestik, India Pangkas Pajak Impor CPO
“Untuk 2023-2024, kami menaikkan perkiraan harga CPO menjadi RM3.300 per ton dari RM2.900 per ton, karena kami percaya pemulihan produksi minyak sawit akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: