Menparekraf Harap 'Festival Bau Nyale 2022' Jadi Momentum Kebangkitan dan Kepulihan Ekonomi
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menghadiri acara seremonial Pesona Festival Bau Nyale 2022, yang berlangsung di Novotel Lombok, NTB, pada kemarin malam. Festival Bau Nyale yang termasuk ke dalam rangkaian acara Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat dari Suku Sasak.
Menparekraf Sandiaga mengatakan, antusi keasme masyarakat sangat besar dalam menyambut dengan meriah festival tahunan ini. Pasalnya, festival tersebut sempat ditiadakan semenjak pandemi COVID-19 melanda.
Baca Juga: Kemenparekraf Kenalkan Alternatif Pembiayaan melalui Pasar Modal bagi Pelaku Parekraf
"Setelah absen beberapa saat event daerah, kini mulai digeliatkan. Dan mudah-mudahan event ini sebagai momentum kebangkitan ekonomi kita. Festival Bau Nyale 2022 dengan tema Spirit of Mandalika ini kita harapkan juga sebagai momentum persiapan kita menghadapi MotoGP sebagai pra-event," kata Sandiaga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (21/2/20222).
Menurut Sandiaga, perhelatan Festival Bau Nyale dengan tema Spirit of Mandalika dapat menjadi momentum kebangkitan dan kepulihan perekonomi masyarakat NTB. Dengan ini dimaksudkan dapat memotivasi semua pihak untuk bangkit dalam berkolaborasi, serta membuka kembali geliat ekonomi, sosial, budaya serta lingkungan.
Sebelumnya, Festival Bau Nyale ini memiliki legenda yang sangat menarik. Dikisahkan ada seorang putri dari seorang raja ternama di Lombok yang bernama Mandalika. Putri Mandalika ini memiliki paras yang cantik dan perilaku yang terpuji, tak ayal jika banyak raja muda yang terpikat dengan kecantikan dan keanggunannya.
Baca Juga: Kemenparekraf-Dorna Sports Kerja Sama Sukseskan MotoGP Mandalika 2022
Akan tetapi, Putri Mandalika tidak ingin ada pertumpahan darah dan ingin menjaga kerukunan masyarakat, maka dari itu ia tidak memilih siapapun dan menenggelamkan diri di tengah samudera. Setelah kepergian sang Putri, muncul cacing warna-warni dengan jumlah yang cukup banyak di pantai tempat Putri Mandalika hilang, cacing itu kemudian disebut nyale. Sementara bau berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Aldi Ginastiar