"Jadi, kontroversi itu terjadi karena dua hal," kata Jamiluddin Ritonga.
Pertama, Menteri Agama seperti kurang kerjaan sehingga harus mengatur penggunaan toa masjid.
Kedua, menganalogikan toa masjid dengan gonggongan anjing bisa membuka persepsi yang beragam.
"Ragam persepsi inilah yang menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat," jelasnya.
Oleh karena itu, sebaiknya seorang menteri tidak perlu mengatur hal-hal yang terlalu sensitif, apalagi berkaitan dengan agama.
"Sebagai pejabat publik juga harus selektif memilih diksi agar tidak menimbulkan jarak persepsi yang lebar," imbuh Jamiluddin Ritonga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: