Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Warganya Ikut Jadi Korban Keganasan Rusia, Yunani Teriak ke Putin: Stop Pengeboman Sekarang!

Warganya Ikut Jadi Korban Keganasan Rusia, Yunani Teriak ke Putin: Stop Pengeboman Sekarang! Kredit Foto: Reuters/Umit Bektas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konflik Rusia-Ukraina merenggut nyawa korban warga negara Yunani. Sebanyak sepuluh warga negara Yunani tewas dan enam lainnya terluka akibat gempuran Rusia di dekat kota Mariupol, Ukraina, Sabtu (26/2). 

Yunani telah memanggil duta besar Rusia ke Kementerian Luar Negeri Yunani setelah menyampaikan protes secara verbal. 

"Sepuluh warga sipil tak bersalah asal Yunani tewas akibat serangan udara Rusia di dekat Mariupol." 

Baca Juga: Tiba-tiba Berubah 180 Derajat, Trump Membelot ke Ukraina dan Ngamuk ke Putin

"Setop pengeboman sekarang," kata Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Twitter. 

Insiden itu terjadi di pinggir desa Sartana dan Bugas. 

Baca Juga: Ditinggal AS dan NATO: Presidennya Bingung, Ukraina Babak Belur

Menurut Kementerian Luar Negeri Yunani, salah satu korban adalah anak-anak. 

Kemlu mengecam serangan udara terhadap warga sipil dan meminta Rusia segera menghentikan gempuran lewat udara dan serangan terhadap warga sipil.

Sebelumnya, dua orang tewas di desa tersebut dan empat lainnya tewas di desa Bugas. Ribuan ekspatriat Yunani tinggal di Mariupol. 

Pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov awal Februari, Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias menekankan perlunya melindungi komunitas ekspatriat Yunani di Ukraina.

Pasukan Rusia pada Sabtu atau hari ketiga invasi, menggempur kota-kota Ukraina dengan artileri dan rudal penjelajah. 

Baca Juga: Ahli: Dunia Harus Waspada Konflik Ukraina Berkepanjangan

Namun, ibu kota Kiev masih berada dalam genggaman Ukraina. Menurut Menteri Urusan Migrasi Yunani Notis Mitarachi, pihaknya siap menampung pengungsi Ukraina dan berkoordinasi dengan Uni Eropa. 

"Seandainya harus menerima sejumlah orang, kami bersedia melakukannya."

"Biayanya akan ditanggung oleh Eropa, tetapi saat ini prioritasnya adalah dimensi kemanusiaan," kata Mitarachi. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: