Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rakyat Trauma 32 Tahun Orde Baru, Pengamat: Kekuasaan Makin Kuat Relatif Tidak Bisa Dikontrol

Rakyat Trauma 32 Tahun Orde Baru, Pengamat: Kekuasaan Makin Kuat Relatif Tidak Bisa Dikontrol Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wacana perpanjangan jabatan masa presiden dilontarkan oleh beberapa para ketua umum partai politik. Pengamat Politik yang juga Koordinator Komite Pemilu Indonesia Jerry Sumampouw mengatakan kalau rakyat Indonesia pernah trauma dengan lamanya pemerintahan Presiden Soeharto yakni 32 tahun.

"Karena kita trauma sebagai bangsa sebagai rakyat Indonesia dengan 32 tahun pemerintahan orde baru pemerintah presiden Soeharto," ujar Jerry dalam diskusi bertajuk "Telaah Kritis Usul Perpanjangan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden, Senin (28/2/2022).

Baca Juga: Omongan Ketum PBNU Gus Yahya Soal Pemilu Ditunda Disebut Masuk Akal, Alasannya...

Jerry pun meminta masyarakat hati-hati terkait wacana usulan perpanjangan masa jabatan presiden. Ia pun menyingung saat jabatan periode kedua Presiden Soeharto.

"Kita harus hati-hati, karena kita punya pengalaman yang sama, di masa awal Presiden Seoharto paling tidak sejak 1967, dan dua periode setelah itu," ucap Jerry.

"Jadi rakyat harus ingat bahwa awal-awal memang begitu, tapi kalau dia makin panjang (periode jabatan), dia makin panjang ini bisa punya resiko-resiko lainnya," sambungnya.

Jerry kemudian mengutip pernyataan Lord Acton, Guru Besar Sejarah Modern Di Universitas Cambridge, Inggris yang mengatakan power tends to corrupt yakni kekuasaan itu cenderung korup.

"Saya kira itu ada benarnya dalam pengalaman kita atau dalam pengalaman banyak negara demokrasi lain," tutur Jerry.

Dari pernyataan tersebut, Jerry mengingatkan bahwa ketika kekuasaan semakin kuat, relatif tidak bisa dikendalikan. Bahkan mampu mengerahkan opini publik untuk terus mendukung.

"Jadi publik harus ingat itu bahwa kekuasaan yang mulai makin kuat ya, itu relatif menjadi atau makin tidak bisa dikontrol, dia makin mampu membangun dan mengarahkan opini publik untuk tetap mendukung gitu ya, begitu juga dia makin mampu mengendalikan kekuatan kekuatan politik, dalam hal ini partai politik untuk terus mendukung," papar dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: