Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Partai Politik Wajib Tahu! Pemilih Kritis Disebut Akan Ikut 'Ramaikan' Pemilu 2024

Partai Politik Wajib Tahu! Pemilih Kritis Disebut Akan Ikut 'Ramaikan' Pemilu 2024 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyebutkan definisi pemilih kritis yang akan turut andil dalam Pilpres 2024 mendatang. Ia mengatakan, pemilih kritis adalah pemilih yang memiliki lebih banyak akses informasi dalam berbagai bidang.

"Pemilih kritis adalah pemilih yang punya informasi lebih baik tentang berbagai isu nasional, politik, ekonomi, pembangunan, dan sebagainya. Pemilih yang relatif mau mengikuti isu tersebut secara nasional sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan ketika dia menilai dan memilih seorang calon Presiden," kata Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam rilis survei bertajuk 'Kecenderungan Pilihan Presiden Kelompok Pemilih Kritis' yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube SMRC, Senin (28/2/2022).

Saiful juga menjelaskan beberapa karakteristik dan indikator pemilih kritis, salah satunya adalah kepemilikan telepon seluler. Pasalnya, ia menganggap bahwa pemilik telepon seluler memiliki akses informasi yang lebih luas dibanding masyarakat yang tidak memiliki telepon seluler.

Baca Juga: Rama-ramai Ketum Parpol Minta Pemilu Ditunda, Surya Paloh Ambil Sikap Menggelegar, Simak!

Ia menerangkan, pemilih kritis biasanya adalah warga perkotaan atau kebanyakan warga yang tinggal di daerah perkotaan. Pemilih kritis adalah warga yang relatif lebih berpendidikan.

"Sebagai indikator dasar atau elementer dari pemilih kritis adalah mereka yang punya cell phone. Karena dengan cell phone mereka memungkinkan untuk mengakses berbagai informasi terkait masalah politik, pembangunan, dan sebagainya," ungkap Saiful.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan, pemilih kritis memiliki kecenderungan tidak mudah terpengaruh dan justru kerap kali membawa pengaruh.

"Oleh karena itu memperhatikan pemilih kritis yang biasanya itu dibanding yang bukan kritis itu punya pengaruh yang lebih kuat di dalam kehidupan masyarakat. Di mana pemilih kritis biasanya tidak mudah dipengaruhi malah sebaliknya mempengaruhi pemilih yang kurang kritis," ujar Saiful.

Sebaliknya, menurut Saiful, pemilih yang kurang kritis adalah mereka yang akses informasinya terhadap isu terkini cenderung terbatas.

"Kalau kita bicara tentang pemilih kritis maka bersamaan juga kita membicarakan pemilih yang tidak atau kurang kritis yaitu pemilih yang sebaliknya relatif tinggal di pedesaan, kurang berpendidikan, kurang punya informasi yang cukup tentang berbagai isu secara nasional," ungkapnya. 

Baca Juga: Manuver Partai Din Syamsuddin Nggak Main-main, Elemen Ini Disebut Akan Merapat, Gatot Nurmantyo?

Oleh karena itu, menurut Saiful, mempelajari pemilih kritis menjadi penting dan strategis dalam konteks pemilihan Presiden dan pemilihan umum lainnya. Pasalnya, Capres yang memiliki basis pemilih kritis yang besar, maka orang tersebut punya basis yang kuat secara elektoral ke depan.

"Karena ia punya basis sosial yang tidak mudah dipengaruhi tapi sebaliknya justru akan mempengaruhi pemilih-pemilih yang lain," tandas Saiful. []

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: