Dia mengungkapkan penyebaran hoaks tidak hanya dilakukan oleh buzzer, tapi semua orang bisa menjadi penyebar hoaks secara sadar maupun tidak. Katanya, motif penyebar hoaks pun beraneka rupa, ada yang karena uang, ideologi, kesehatan, kepedulian, politik, dan emosional.
“Terkait dengan masalah bahaya BPA dalam kemasan produk makanan dan minuman yang melibatkan penyebaran berulang hoaks yang sama selama beberapa tahun terakhir, saya menilai itu karena kepentingan bisnis sekaligus kepedulian pada masalah kesehatan. Sehingga beberapa kali terjadi perang tagar di media sosial terkait dengan isu ini,” tukasnya.
Dikatakan, hoaks akan selalu ada di media sosial. Keberadaan lembaga-lembaga cek fakta memang membantu publik untuk mengetahui apakah informasi yang mereka terima itu benar atau salah. Namun, tidak akan bisa menghentikan peredarannya, sebab jumlah penyebaran hoaks jauh lebih tinggi daripada klarifikasinya.
“Karena itu, yang paling penting adalah melatih daya kritis pengguna media sosial, sehingga mereka tidak mudah percaya dengan semua info yang beredar di media sosial, serta mencari bahan pembanding lain agar memahami keseluruhan fakta. Bila pengguna media sosial belum memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, maka mereka bisa dibiasakan untuk tidak mudah menekan tombol berbagi pada info-info tersebut,” ujarnya.
Terkait isu BPA ini, BPOM dalam rilisnya yang dimuat di laman resminya pada Selasa, 29 Juni 2021, bahkan telah mengumumkan kepada publik bahwa hasil sampling dan pengujian laboratorium terhadap kemasan galon air minum dalam kemasan (AMDK) jenis polikarbonat (PC) atau galon guna ulang yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan adanya migrasi Bisfenol A (BPA) yang jauh di bawah batas maksimal migrasi yang telah ditetapkan BPOM.
Disebutkan, pernyataan resmi BPOM ini untuk mengklarifikasi berita-berita yang tidak benar soal Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon AMDK akhir-akhir ini. Hal itu dilakukan untuk memastikan kepada masyarakat bahwa air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang yang beredar hingga kini aman untuk dikonsumsi.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin juga menegaskan bahwa air kemasan galon guna ulang aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil. Menurutnya, isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan air guna ulang yang dihembuskan pihak-pihak tertentu adalah hoax. “(air kemasan galon guna ulang) Aman. Itu (isu bahaya air kemasan galon guna ulang) hoax,” katanya.
Kementerian Perindustrian menegaskan sudah ada pengaturan yang cukup ketat menyangkut berbagai persyaratan terhadap air kemasan galon berbahan PC. Menurutnya, untuk menjaga mutu dari air mineral dalam kemasan ini sudah ada aturan-aturan yang sangat ketat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: