Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Uni Afrika Terganggu Banyak Laporan Orang Afrika Tak Bisa Keluar dari Ukraina

Uni Afrika Terganggu Banyak Laporan Orang Afrika Tak Bisa Keluar dari Ukraina Kredit Foto: Reuters/Tiksa Negeri
Warta Ekonomi, Addis Ababa, Ethiopia -

Uni Afrika (UA) mengatakan pihaknya "terganggu" oleh laporan bahwa warga negara Afrika di Ukraina dilarang melintasi perbatasan dengan aman untuk keluar dari konflik yang berkecamuk di negara itu.

“(Semua) orang memiliki hak untuk melintasi perbatasan internasional selama konflik, dan dengan demikian, harus menikmati hak yang sama untuk menyeberang ke tempat yang aman dari konflik di Ukraina, terlepas dari kebangsaan atau identitas ras,” kata badan pan-Afrika dalam sebuah pernyataan, Senin (28/2/2022) malam, dilansir Al Jazeera.

Baca Juga: Luput dari Sorotan Publik, Ukraina Lakukan Rasisme ke Orang Afrika: Kulit Hitam Tidak Diizinkan!

Warga negara Afrika, sebagian besar pelajar, menuduh pasukan keamanan Ukraina menghentikan mereka dari naik kereta menuju daerah perbatasan.

Video yang dibagikan di media sosial juga menunjukkan pasukan perbatasan Ukraina mendorong warga negara Afrika ketika mereka berusaha meninggalkan Ukraina.

“Laporan bahwa orang Afrika dipilih untuk perlakuan berbeda yang tidak dapat diterima akan sangat rasis dan melanggar hukum internasional,” lanjut pernyataan Uni Afrika.

Al Jazeera berbicara dengan beberapa warga negara Afrika dan Asia yang mengatakan mereka ditolak oleh otoritas Ukraina di perbatasan Polandia.

“Kami adalah orang terakhir yang mendapatkan apa pun, selalu seperti itu.” Madi Kemel Dinga, seorang mahasiswa Kongo, mengatakan kepada Al Jazeera di sebuah pusat penerimaan di Korczowa, Polandia timur.

“Mereka akan mengutamakan rakyatnya terlebih dahulu. Dan kemudian kita. Bagi saya itu diskriminatif tapi bagi mereka biasa saja,” tambah Dinga.

Beberapa orang yang Al Jazeera ajak bicara mengatakan sebuah negara yang sedang berperang dapat dimaafkan karena mengutamakan rakyatnya. Yang lain, beberapa dengan keluarga Ukraina sendiri, mengatakan kontras dalam perawatan terlalu mencolok.

“Kami memahami bahwa mereka perlu menyelamatkan warganya, tetapi kami telah setia kepada Ukraina,” Ronald Mangu Achu, seorang mahasiswa Kamerun, mengatakan kepada Al Jazeera.

“Kami telah berada di negara mereka secara sah. Kami telah menunjukkan cinta kepada mereka. Saya percaya setidaknya yang bisa mereka lakukan adalah mengevakuasi kami,” tambahnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: