Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga CPO Berbanding Terbalik dengan Produksinya, Kenapa?

Harga CPO Berbanding Terbalik dengan Produksinya, Kenapa? Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Data GAPKI mencatat, produksi CPO pada Januari 2022 diperkirakan sekitar 3,863 juta ton atau sekitar 3 persen lebih rendah dibandingkan produksi Desember 2021. Sedangkan produksi PKO sekitar 365 ribu ton atau sekitar 3,9 persen lebih rendah daripada produksi Desember 2021.

“Turunnya produksi di bulan Januari 2022 merupakan pola musiman, namun penurunan produksi CPO dari Desember 2021 ke Januari 2022 yang sebesar 3 persen jauh lebih rendah dari penurunan musiman tahun lalu Desember 2020 ke Januari 2021 yang mencapai 7 persen,” ungkap Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono dalam keterangan resminya, Selasa (15/3/2022).

Baca Juga: Hilirisasi Sawit Buktikan Perubahan, Goodbye Ekspor CPO

Sementara itu, impor produk minyak sawit Januari 2022 yakni 5,1 ribu ton yang berasal dari Malaysia, 4,8 ribu ton dalam bentuk oleokimia dan 316 ton dalam bentuk PFAD. Dengan stok akhir Desember sebesar 4,129 juta ton maka tersedia pasokan sebesar 8,363 juta ton. Disamping itu, terdapat impor soft oil berjumlah 5,5 ribu ton sebagian besar berasal dari Malaysia (2,3 ribu ton) dan Thailand (1,5 ribu ton) yakni berupa minyak kedelai 3,3 ribu ton, produk minyak biji bunga matahari 0,5 ribu ton, dan soft oil lainnya 1,7 ribu ton.

Adapun total konsumsi minyak sawit dalam negeri Januari 2022 yakni sebesar 1,506 juta ton atau 160 ribu ton lebih rendah dari konsumsi Desember 2021 sebesar 1,666 juta ton atau turun 9,6 persen.

Konsumsi terbesar adalah untuk biodiesel sebesar 732 ribu ton, diikuti untuk industri pangan sebesar 591 ribu ton dan untuk oleokimia 183 ribu ton. Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel yang melampaui untuk pangan telah terjadi sejak November 2021.

“Dalam pasar minyak nabati, Semester I-2022 diperkirakan akan terjadi defisit pasokan, apalagi Ukraina sebagai salah satu produsen bunga matahari dan rapeseed, sehingga mendorong naiknya harga minyak nabati dan berakibat minyak sawit akan menjadi harapan utama negara importir,” ungkap Mukti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: