"Jangan-jangan beliau juga nggak paham apa yang dimaksud big data itu. Kalau big data hasil dari media sosial, itu belum bisa merepresentasikan suara rakyat Indonesia," jelasnya.
Menurut dia, pergerakan media sosial bisa dimanipulasi karena terdapat akun-akun bodong yang bisa mengisi survei tersebut.
Oleh karena itu, dia menduga alasan Luhut Binsar Pandjaitan tidak mau membongkar big data, karena memang tidak mengetahui apa artinya.
"Jadi, banyak akun fake dan akun bot yang digunakan sebagai alat propaganda di dunia siber oleh para buzzer," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: