Jungheinrich Dorong Transformasi Digital untuk Turunkan Biaya Logistik di Indonesia
Jungheinrich, perusahaan intralogistik global dengan portofolio truk industrial, sistem otomatis dan layanan yang komprehensif, melalui rencana Strategy 2025+ menegaskan komitmennya terhadap Indonesia dengan melakukan pendekatan khusus melalui inovasi otomatisasi, digitalisasi, dan sistem energi berorientasi masa depan.
“Jungheinrich menyadari bahwa proses menjadi semakin efisien dan lebih sustainable akan mendorong profitabilitas yang lebih tinggi. Kami terus berkomitmen untuk berinovasi dalam solusi otomatisasi warehouse yang lebih fleksibel, mudah beradaptasi, unggul, dan efisien, untuk memastikan sustainability jangka panjang untuk mencapai returns on investments yang lebih cepat secara signifikan,” ujar Daniel Schaefer, Executive Director, Distributors and Business Development APAC.
Walaupun pandemi menghantam sebagian besar perekonomian, tetap ada peluang bagi industri intralogistik di Indonesia untuk bertransformasi secara digital, menjadi perusahaan dengan sistem yang lebih terstruktur dan efektif. Biaya logistik di Indonesia terkenal paling tinggi di Asia. Sektor transportasi dan logistik bisa mengatasi hal ini dengan digitalisasi industri menuju Logistics 4.0. Bisnis dan perusahaan logistik di Indonesia telah menyadari bahwa mengoptimalkan proses tradisional akan menciptakan supply chain yang lebih efisien dan sustainable. Ini akan menghemat biaya dan meningkatkan produktivitas.
Indonesia siap untuk mengembangkan ekonomi digitalnya. Sebagai bagian dari roadmap Logistic 4.0 Indonesia, Kementrian Perindustrian telah mendorong transformasi digital di sektor supply chain dan logistik. Ini memicu perhatian terhadap teknologi logistik, dengan timbulnya ketertarikan pada pemanfaatan kecerdasan buatan dan Big Data untuk mentransformasi industri intralogistik di Indonesia.
Otomatisasi intralogistik adalah jangkar dari Strategy 2025+ Jungheinrich dan perusahaan berharap tercapainya pertumbuhan market tahunan antara 7 – 10% di negara ini. Jungheinrich menggencarkan kegiatan digitalisasi, dan bersemangat untuk membangun dan mengembangkan automated guided vehicle (kendaraan berpemandu otomatis), warehouse otomatis, software dan robotika. Strategi perusahaan adalah dengan berfokus pada kerja sama taktis dan akuisisi untuk memperluas portofolio perusahaan dalam rangka mengembangkan produk dan model bisnis baru. Contohnya adalah akuisisi terhadap arculus, perusahaan teknologi di sektor autonomous mobile robots (AMR).
Schaefer menggarisbawahi bahwa dengan mengakuisisi arculus, Jungheinrich telah melengkapi portofolio sistem otomatisasinya dengan solusi hardware dan software yang sangat inovatif di sektor autonomous mobile robot yang sedang berkembang pesat.
Untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan dan memulihkan ekonomi yang terdampak oleh pandemi, Indonesia telah menargetkan peningkatan total pangsa energi terbarukan di sektor energy mix sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Karena permintaan akan carbon offset meningkat, semakin banyak perusahaan di dalam supply chain global mencari cara untuk menurunkan jejak karbon mereka di wilayah ini.
Forklift yang digerakkan oleh baterai Lithium-ion (Li-ion) kini sedang populer karena densitas energinya, bentuknya yang kecil dan kemampuan pengisian dayanya yang cepat. Perusahaan analis Interact Analysis memperkirakan bahwa hingga tahun 2028, jumlah forklift dengan berdaya baterai Li-ion akan mencapai 75% di market global. Emisi karbon yang dilepaskan oleh armada truk bertenaga Lithium-ion dari Jungheinrich 52% lebih rendah dibandingkan truk bertenaga diesel dengan kapasitas yang sama.
Dengan lebih dari satu juta truk bertenaga listrik digunakan di dunia, Jungheinrich adalah pemimpin industri dalam kelistrikan warehouse dengan sistem energi inovatifnya. Target perusahaan adalah mencapai rasio perangkat bertenaga lithium–ion lebih dari 70% hingga 2025 pada semua truk yang dijual perusahaan.
Melalui Strategy 2025+, Jungheinrich berkomitmen untuk menciptakan sustainable value dalam dimensi ekonomi, lingkungan dan nilai sosial, sekaligus meletakkan kebutuhan semua stakeholder sebagai core dalam berbagai aktivitas perusahaan. Schaefer menjelaskan lebih lanjut bahwa dengan portofolio peralatan material handling, sistem otomatis, dan layanan yang komprehensif, perusahaan bisa menawarkan berbagai solusi yang disesuaikan khusus bagi pelanggan, untuk menjawab tantangan Industry 4.0 dari satu sumber.
“Sebagai bagian dari inisiatif 50 Sustainability & Climate Leaders, Jungheinrich mengambil peran terdepan dalam upaya melawan perubahan iklim. Komitmen Jungheinrich terhadap inisiatif ramah lingkungan tampak pada proses operasional dan produksi kami. Kami berkomitmen untuk mendukung sustainability goal para klien kami. Dengan upaya-upaya tersebut, Jungheinrich berhasil meraih status Gold dari EcoVadis secara berturut-turut atas proses dan sistem kami yang sustainable,” ucap Schaefer.
Saat teknologi menjadi kunci dalam menggerakkan kemajuan industri, Jungheinrich selalu menyadari fakta bahwa teknologi harus menjadi tool yang kompatibel dengan proses manusia. “Ini adalah acuan dalam fokus ‘menciptakan nilai sustainable’ di bawah Strategy 2025+ yang menekankan tujuan perusahaan untuk memperkuat proses mencapai supply chain yang lebih sustainable.
“Otomatisasi, digitalisasi dan praktik sustainable adalah tren yang mendorong masa depan intralogistik. Namun bagi Jungheinrich, kami mantap menerapkan praktik-praktik tersebut sebab itulah komitmen perusahaan dan landasan dari pertumbuhan yang berkelanjutannya,” kata Schaefer.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: