- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Pembangkit EBT PLN Meningkat Besar-besaran Mulai 2018 Ditopang Kenajuan Teknologi Baterai
“Ini menjadi hal yang harus kita antisipasi. Pada 2019 estimasi diupayakan dikoreksi. Pada 2021 estimasi demand dari 361 TWh, dikoreksi jadi 279 TWh. Target 2022 estimasi demand 392 TWh, dikoreksi jadi 300 TW,” ungkap dia.
Saat ini sebaran sistem kelistrikan secara nasional semuanya surplus sangat tinggi di atas 30-40 persen. Ada yang bahkan 109 persen di sistem Nias. Untuk Jawa – Bali surplusnya 50 persen.
Munief mengatakan hanya ada beberapa di sistem khatulistiwa yang sistem reserve marginnya 9 persen. Ini menunjukkan cadangan kapasitas listrik banyak yang belum terutilisasi.
“PLN perlu arif dan bijaksana agar kapasitas ini bisa dimanfaatkan dan bisa ikut berpartisipasi dalam pengembangan EBT,” katanya.
Munief menambahkan, kondisi surplus pasokan listrik adalah sebuah dinamika dari adanya proses perkembangan teknologi yang cepat dan masif. PLN mempunyai program strategis, tidak hanya ketahanan energi tapi juga perlu dilakukan kemandirian.
“Untuk kemandirian energi dengan program electrifying lifestyle. Seperti penggunaan kendaraan listrik, dan kompor listrik. Ini upaya untuk menyerap reserve margin yang tersedia. Mudah-mudahan kapasitas berlebih bisa secara baik terserap,” katanya.
Andriah Feby Misna, Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM yang mewakili Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, mengatakan untuk sektor energi pemanfaatan EBT menjadi hal yang sangat kritikal untuk transisi energi. Pada 2060 pemanfaatan pembangkit 60 persen akan berasal dari energi surya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: