Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tanggapi Logo Halal Baru, Anwar Abbas Kasih Analogi Golok, Sebut Menag Yaqut...

Tanggapi Logo Halal Baru, Anwar Abbas Kasih Analogi Golok, Sebut Menag Yaqut... Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mengatakan pihaknya belum berencana untuk melakukan protes terkait logo halal baru yang dirumuskan oleh Kementerian Agama (Kemenag).

Anwar mengaku pihaknya takut akan proyeksi kekuatan pemerintah yang lebih besar dibandingkan MUI.

Baca Juga: Waduh! Menag Yaqut Benci Arab Sampai Logo Halal Kaligrafi Diganti Gunungan Wayang, Beneran?

“Jika ada orang berkelahi, yang satu bawa golok dan yang lainnya tidak, tentu yang bawa golok akan menang. Sebab, mereka yang punya kekuatan lebih,” ujarnya dikutip dari kanal YouTube Karni Ilyas Club, Rabu (23/3).

Anwar meminta agar Kemenag melakukan musyawarah dengan MUI perihal logo halal. Pasalnya, Kemenag hingga hari ini belum mengajak MUI untuk melakukan diskusi terkait logo halal.

“Seharusnya, tiap kebijakan yang dibuat itu harus dimusyarahkan. Jika menyangkut keagamaan, undang tokoh-tokoh dan ormas Islam untuk mencari yang terbaik secara bersama-sama,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Anwar juga mengaku bingung dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kemenag, termasuk soal pengeras suara masjid.

“Saya bingung dengan menag sekarang ini. Dulu bilang kalau Beliau adalah menteri dari semua agama di Indonesia, tetapi kenapa masih mengurusi agama Islam saja?” tuturnya.

Anwar menilai bahwa tiap kebijakan yang dirumuskan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) selalu mengundang kontroversi dan kegaduhan.

Hal tersebut disayangkan oleh Anwar. Pasalnya, suatu negara tak akan bisa tumbuh secara baik jika terus menerus mengalami kegaduhan.

“Suatu negara akan maju dan kuat kalau kohesivitas di antara warga negara kuat, bukannya malah gaduh,” tuturnya.

Jika kegaduhan terus dipelihara, Indonesia dinilai Anwar tak akan bisa menjadi bangsa yang kuat.

“Sebab, waktu kita tersita untuk memperdebatkan hal-hal remeh seperti ini. Hal-hal ini seharusnya bisa kita minimalisasi dengan membangun dialog dan keterbukaan,” paparnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: