Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kelas Menengah Tak Terpengaruh Kenaikan Pertamax, 'Lebih Sayang Mobilnya'

Kelas Menengah Tak Terpengaruh Kenaikan Pertamax, 'Lebih Sayang Mobilnya' Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso

Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi UGM, mengatakan penetapan harga Pertamax mestinya ditentukan oleh mekanisme pasar. Karena itu, harga yang ideal adalah sesuai dengan harga keekonomian.

Saat ini harga Pertamax harus dinaikkan mengingat harga minyak dunia sudah mencapai ASD130 per barrel. Jika tidak dinaikkan beban Pertamina semakin berat. “Penaikkan harga Pertamax Rp. 12.500 pada 1 April sudah tepat,” ujarnya.

Dia mengakui, kenaikan harga Pertamax memang memicu inflasi, tetapi kontribusinya kecil. Pasalnya, proporsi konsumen hanya sekitar 14%. Selain itu, konsumen Pertamax adalah golongan menengah atas yang menggunakan mobil mahal.

"Mereka juga tidak akan migrasi ke Pertalite yang harganya lebih murah karena tidak proper dengan mesin mobil yang rata-rata bagus,” katanya.

Fahmy mengapresiasi sikap Pemerintah dan Pertamina yang tidak menaikkan harga pertalite yang proporsi konsumen mencapai 76%. Kenaikan harga Pertalite akan menyulut inflasi dan menurunkan daya beli rakyat.

“Penetapan Pertalite sebagai BBM penugasan juga sangat tepat agar Pemerintah dapat memberikan subsidi pada saat tidak menaikkan harga Pertalite,” ujarnya.

Sebeumnya, dalam  siaran persnya, Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga (PPN) menyatakan akan terus menjaga komitmen dalam penyediaan dan penyaluran BBM kepada seluruh masyarakat hingga ke pelosok negeri. 

Terkait kenaikan harga BBM jenis pertamax, Pertamina menyatakan bahwa penyesuaian harga tidak terelakkan namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: