Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kiat SMF Hidupkan Pembiayaan Perumahan di Tengah Pandemi Covid-19

Kiat SMF Hidupkan Pembiayaan Perumahan di Tengah Pandemi Covid-19 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 membuat hampir seluruh industri dalam negeri menerima tekanan yang cukup besar, tidak terkecuali sektor perumahan. Hal ini ikut dirasakan juga oleh PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang merupakan perusahaan pembiayaan sekunder perumahan.

Pandemi telah membuat masyarakat lebih menahan diri untuk melakukan konsumsi termasuk untuk mengambil KPR dan lebih memilih menyimpan uangnya di perbankan. Kondisi ini membuat likuiditas perbankan meningkat. Sementara, penyaluran kredit justru melambat.

Tekanan tersebut tidak membuat perseroan menyerah dalam mengucurkan pendanaan untuk perbankan agar mampu menyalurkan pembiayaan untuk sektor perumahan melalui KPR. Sehingga misi SMF agar masyarakat di seluruh Indonesia bisa memiliki hunian yang layak dan terjangkau bisa tercapai. Guna mengetahui lebih lanjut Warta Ekonomi mendapat kesempatan untuk dapat mewawancarai Direktur Utama PT SMF Ananta Wiyogo.

Bagaimana kondisi perusahaan dalam masa pandemi Covid-19?

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung dua tahun. Di awal-awal pandemi, terutama tahun 2020, dampak pandemi belum begitu terasa. Di awal pandemi, perbankan masih memberikan keringanan dengan melakukan restrukturisasi kepada para nasabah. Selain itu, pemerintah juga banyak memberikan stimulus guna mendorong pemulihan ekonomi nasional. Nasabah juga cenderung menahan konsumsi yang menyebabkan likuiditas perbankan meningkat.

Apa yang terjadi di tahun 2020 tersebut baru terasa dampaknya bagi SMF di tahun 2021. Ketika likuiditas perbankan meningkat dan di sisi lain penyaluran kredit juga melambat, bisnis SMF sedikit terganggu.

Apa yang dilakukan SMF di sepanjang 2020-2021?

Strategi kami tidak berubah. Kami terus melakukan inovasi meski kondisi masih penuh tantangan. SMF tetap fokus membantu pemerintah dalam penyaluran fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan KPR FLPP bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di mana 25 persen pendanaannya untuk KPR FLPP tersebut disediakan oleh SMF.

Selain itu, sesuai dengan perluasan mandat yang diterima, SMF juga masuk kepada kredit mikro perumahan. Kami bekerja sama dengan lembaga keuangan mikro lainya untuk debitur yang memerlukanya karena pembiayaan mikro perumahan, segmennya ini benar-benar di bawah MBR.

Kami juga masuk kepada kredit konstruksi, membantu developer-developer membangun rumah-rumah untuk FLPP MBR.

Keempat, kami juga terus memperbesar kapasitas pembiayaan perumahan dengan bekerja sama dengan BPD dan juga BPR, yang ingin masuk ke bisnis KPR. Dalam kerja sama tersebut, kami membantu menyediakan fasilitas bagi BPD dan BPR, mulai dari capacity building, training, penyediaan SOP-nya. Kami berikan guidance bagaimana membuat SOP KPR yang benar.

Baru terasa di 2021, ganggu untuk SMF, dan strateginya seperti apa?

Dengan likuiditas perbankan yang meningkat, mereka jadi merasa enggak perlu mengambil pembiayaan dari SMF. Karena itu kemudian kami melakukan terobosan dengan melakukan kerja sama dengan lembaga keuangan lain dan masuk pada pembiayaan mikro perumahan yang segmennya lebih “bawah” lagi.

Kemudian kami masuk ke kaum informal juga. Kami juga masuk membantu developer membangun perumahan bagi MBR. Lalu, kami juga punya tugas khusus selama pandemi dari pemerintah untuk jadi pelaksana investasi untuk Perumnas.

Kerja sama dengan BPD ditujukan untuk apa?

BPD punya peran penting dalam pembangunan di daerahnya. Jika BPD aktif menjalankan perannya di daerah, maka pembangunan di daerah termasuk di sektor perumahan akan besar sehingga kesempatan masyarakat mendapat hunian yang layak dan terjangkau semakin besar.

SMF hadir untuk membantu hal tersebut. Apa yang kami bisa bantu? Pertama, tentunya pendanaan. Kedua, pendampingan. Ketiga, capacity building. Lalu, SOP-nya. Karena itu, kami sosialisasi terus menerus, tidak bisa hanya sebentar setelah itu mereka lupa.

Kenapa melalukan hal tersebut ke BPD? Penyalurannya sulit atau seperti apa?

Acara dengan BPD kemarin itu, BPD harus diingetin. Selama dua tahun ini kan kami tidak pernah bertemu, paling lewat Zoom digital. Dengan bertemu, kami bisa sharing lebih enak, bisa ngobrol ada ide apa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: