Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Babak Belur Dikeroyok Massa, Ini Deretan Kasus yang Gagal Serang Ade Armando Masuk Bui

Babak Belur Dikeroyok Massa, Ini Deretan Kasus yang Gagal Serang Ade Armando Masuk Bui Kredit Foto: Fb Ade Armando Official
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dosen Universitas Indonesia Ade Armando kini jadi perbincangan karena menjadi korban pengeroyokan sejumlah oknum di tengah aksi demonstrasi mahasiswa di Gedung DPR, Senin (11/4/2022) kemarin. Meski begitu, pelaku diduga bukanlah dari kalangan mahasiswa.

Sebelum heboh peristiswa tersebut, nama Ade Armando cukup sering menjadi perbincangan karena terseret beberapa kasus. Bahkan, Ade pun mengakui banyak kasus hukum yang menyerangnya. Namun, dia menegaskan, kasus-kasus itu lemah sehingga tidak ditindaklanjuti oleh polisi.

"Coba saja pelajari kasus-kasus pelaporan saya sebelumnya. Ada banyak," kata Ade dalam sebuah video yang diunggah akun Youtube Cokro TV beberapa tahun lalu, melansir VIVAnews, Selasa (12/4/2022).

Baca Juga: Usai Dipukuli Hingga Babak Belur, Ade Armando Mengaku Tidak Gentar!

Ade lantas mulai meruntut kasus-kasus tersebut. Pada 2015, dia dilaporkan oleh salah seorang karyawan Transvision milik Chaerul Tanjung, bernama Johan Khan. Ade ketika itu menulis di Facebooknya, 'Allah bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayatnya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, hiphop, blues.'

"Entah jin apa yang lewat di kepalanya, Johan Khan menganggap kalimat Allah bukan orang Arab itu menghina Allah. Lho, di mana menghinanya? Kan saya bilang Allah bukan orang, kok malah dianggap menghina? Apa Johan Khan justru percaya Allah adalah orang Arab?" sergah Ade.

Ade memang sempat jadi tersangka gara-gara pengaduan Johan tersebut, tapi lantas di-SP3 oleh polisi karena para saksi ahli yang dimintai keterangan oleh polisi menganggap tidak ada penginaan Allah dalam kalimat tersebut. Johan kemudian tidak terima. Mereka mempraperadilankan SP3 polisi sehingga pengadilan Jaksel akhirnya memutuskan kasus Ade harus dihidupkan kembali. Sampai sekarang kasus ini masih mengambang. "Kasus-kasus saya yang lain pun sama absurdnya," kata Ade lagi.

Kemudian, pada Desember 2017, pakar komunikasi dilaporkan gara-gara mem-posting foto Rizieq Shihab berbaju sinterklas. Salah seorang murid Rizieq bernama Ratih Puspa Nusanti menuduh Ade menghina gurunya itu. Ade diperiksa polisi, tapi kasus itu tidak ditindaklanjuti karena di atas foto Rizieq itu, dia sudah menambahkan teks "ini hoax ya".

"Lagipula masak mengenakan baju sinterklas dianggap penghinaan?" katanya.

Lalu, pada April 2018, dia dilaporkan FPI karena di Facebooknya menulis Polri harus menunjukkan kepada publik bahwa FPI bukan anjing binaan mereka. "FPI bilang mereka terhina. Aneh," katanya.

Ade mengaku tidak bilang FPI adalah anjing binaan polisi. Kata anjing binaan itu dia gunakan gara-gara kontroversi yang diakbatkan ada bocoran Wikileaks yang mengatakan bahwa yang membentuk FPI adalah kepolisian Indonesia. Di Wikileaks dikatakan, FPI adalah attack dog kepolisian untuk melawan kelompok-kelompok sipil.

"Jadi saya bilang waktu itu, bila polisi tidak ingin dianggap sebagai majikan FPI, polisi harus menunjukkan bahwa FPI memang bukan anjing binaan polisi. Itu konteksnya," kata Ade.

Pada kasus lain lagi, pada April 2018, Ade dilaporkan atas dugaan penyebaran kebencian dan penodaan agama karena dia menulis di Facebooknya bahwa azan tidak suci, azan itu cuma panggilan untuk salat. Sering tidak merdu. Jadi biasa-biasa sajalah. "Itu tulisan saya," katanya.

Nah, menurut Ade, pelaporan ini juga mengada-ada. Dia mengatakan azan memang bukan perintah Tuhan. "Saya justru mempertanyakan kedalaman pengetahuan agama si pelapor karena kok bisa-bisanya menganggap azan adalah sesuatu yang suci," ujarnya.

Lalu, pada Januari 2018, dia dilaporkan Majelis Taklim Nahdlatul Fatah karena postingan Facebooknya dianggap menghina agama. Padahal di postingan itu, dia mengingatkan pembaca bahwa tidak semua hadis layak dijadikan hukum. "Ada banyak hadis yang sebenarnya palsu, dibuat-buat atau tidak jelas konteksnya," katanya.

Dia menggunakan contoh hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad menganjurkan umat Islam minum kencing unta. Padahal, jelas-jelas WHO memperingatkan minum kencing unta itu beresiko membahayakan kesehatan. "Jadi itu konteksnya," lanjut Ade.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: