Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Disangka, Naiknya Produktivitas Kelapa Sawit Bisa Bantu Redam Fluktuasi Harga Minyak Goreng!

Tak Disangka, Naiknya Produktivitas Kelapa Sawit Bisa Bantu Redam Fluktuasi Harga Minyak Goreng! Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam truk di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mencatat volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada bulan Juli 2020 naik sebesar 13 persen menjadi 3,13 juta ton dari sebelumnya 2,76 juta ton dan ekspor produk olahan CPO naik sebesar 21,8 persen menjadi 1,97 juta ton dari sebelumnya 1,6 juta ton. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peningkatan produktivitas kelapa sawit dapat membantu meredam fluktuasi kenaikan harga minyak goreng. Peningkatan produktivitas membutuhkan kebijakan jangka panjang yang perlu dilakukan secara berkelanjutan.

“Pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk minyak goreng merupakan kebijakan jangka pendek. Namun kita tetap perlu mengapresiasi respons pemerintah. Di saat yang bersamaan, peningkatan produktivitas perlu terus dilakukan supaya harga minyak goreng dapat dijangkau oleh masyarakat luas,” jelas Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta.

Baca Juga: PKS: BLT Minyak Goreng Ujung-ujungnya untuk Pengusaha MGS Juga

Produksi crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit mengalami penurunan sejak tahun 2019. Pada tahun 2021, produksi CPO turun lebih lanjut sebesar 0,9% menjadi 46,89 juta ton. Produksi minyak sawit Indonesia untuk semester pertama tahun 2022 kemungkinan belum mengalami peningkatan karena kesulitan pupuk dan perubahan cuaca.

Gangguan rantai pasok di masa pandemi, kenaikan ongkos transportasi, peningkatan jumlah permintaan dan bertambahnya biaya input pertanian berkontribusi pada naiknya harga. Belum lagi harga pupuk berbasis nitrogen dan fosfat yang sering digunakan petani kelapa sawit naik 50-80% pada pertengahan 2021. Pupuk menyumbang 30-35% dari total biaya produksi, sehingga kenaikan harga juga akan meningkatkan biaya produksi.

Petani kecil yang tidak mampu membayar biaya kemudian akan menggunakan pupuk lebih sedikit dan hal ini akan berakibat pada menurunnya produksi. Tingginya biaya pupuk dapat secara signifikan mempengaruhi produksi minyak sawit oleh petani kecil yang berkontribusi hingga 34 persen dari produksi minyak sawit Indonesia.

Permintaan kelapa sawit akan semakin bertambah, baik karena peningkatan kebutuhan minyak goreng, permintaan biofuel, maupun dampak invasi Rusia ke Ukraina. Sayangnya, produktivitas kelapa sawit Indonesia juga belum maksimal. Perlu ada upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit, melalui riset dan pengembangan, penggunaan input yang berkualitas dan berkelanjutan, dan praktik pertanian dan pengelolaan sumber daya yang baik.

Kebijakan BLT untuk membantu masyarakat berpendapatan rendah untuk membeli minyak goreng lebih tepat sasaran dibanding jika memberi subsidi kepada barangnya, karena langsung ditujukan kepada yang paling membutuhkan. Namun, pemberian BLT harus memastikan adanya data penerima yang akurat sehingga diperlukan upaya untuk verifikasi dan validasi data penerima secara berkala.

Baca Juga: Berikut 5 Lembaga Pelatihan Petani Sawit Pilihan BPDPKS

Data penerima BLT harus dipastikan akurat dan sesuai dengan kriteria penerima. Selain itu, pengadaan barang untuk bantuan sosial perlu terus dikawal dan dipantau transparansinya. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu terus berkoordinasi untuk memastikan validitas data penerima bantuan dan perlunya pemeriksaan secara langsung di lapangan untuk memastikan kebenarannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: