Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Balik Naiknya Harga Beras meski Stok Melimpah dan Impor oleh Bulog

Di Balik Naiknya Harga Beras meski Stok Melimpah dan Impor oleh Bulog Kredit Foto: Antara/Kornelis Kaha
Warta Ekonomi, Jakarta -

Walau stok di dalam negeri masih mencukupi dan BULOG telah mengimpor beras, harga beras sebagai bahan pokok di Indonesia tetap naik karena adanya berbagai kekhawatiran sekitar pasokan baik dalam negeri maupun global dan kendala yang diakibatkan kebijakan perdagangan Indonesia.

Sebenarnya, tren kenaikan harga bukan hanya terjadi bulan ini. Harga beras di Indonesia sudah terpantau naik sejak tahun 2022, tetapi baru benar-benar menjadi perhatian masyarakat seiring dengan disuarakannya beberapa kekhawatiran terkait pasokan komoditas ini.

Baca Juga: Hadapi El Nino, Wapres Yakin Suplai Beras Cukup

"Salah satu faktor yang menyebabkan naiknya harga beras di Indonesia pada bulan Agustus 2023 adalah adanya sentimen pasar terhadap fenomena El-Nino yang mungkin berdampak pada produksi padi, dan petani maupun pedagang meresponsnya dengan menaikkan harga di pasar," ujar Hasran, peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Rabu (16/8/2023).

El Nino adalah fenomena iklim yang ditandai dengan suhu dan kondisi cuaca ekstrem yang telah beberapa kali terjadi dan berdampak pada produksi pertanian maupun perkebunan serta juga menimbulkan kerusakan lingkungan.

Pada tataran global, larangan ekspor beras jenis non-basmati mutih yang dikeluarkan India, salah satu eksportir beras utama, Juli lalu serta naiknya harga beras di beberapa negara eksportir lainnya seperti Thailand dan Vietnam, termasuk menyusul larangan di India, ikut memicu kenaikan harga beras di Indonesia.

Di dalam negeri, Cadangan Beras Pemerintah (CBP) per 15 Agustus 2023 sudah mencapai 700.000 ton, atau 23 persen dari kebutuhan konsumsi bulanan, jauh di atas paling tidak lima persen yang dibutuhkan agar cadangan itu bisa efektif.

Selain itu, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terbaru--harga acuan pemerintah dalam membeli beras atau gabah untuk mengisi CBP--juga sudah dinaikkan dari sebelumnya. HPP beras terbaru diatur dalam Perbadan No. 6/2023 adalah Rp5.000 dan Rp5.100 untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dan penggilingan dan Rp6.200 dan Rp6.300 untuk gabah kering giling (GKG). Selain itu, HPP di gudang Bulog sebesar Rp9.950. Kenaikan yang berkisar antara 18 persen hingga 20 persen.

Namun, meski pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) antara Rp10.900 dan Rp11.800 untuk beras kualitas medium tergantung wilayahnya, dan telah melakukan operasi pasar dengan melepas stok untuk meredam kenaikan harga, harga beras sudah menyentuh Rp13.400, jauh di atas HET.

Yang perlu dilakukan oleh Indonesia agar sediaan beras di pasar domestik tetap aman dan terjangkau, jelas Hasran, adalah dengan melonggarkan pembatasan impor beras bagi sektor swasta yang jauh lebih cepat tanggap terhadap situasi pasar.

"Hal ini juga akan mendorong timbulnya iklim persaingan sehat dalam melakukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia," katanya.

Pemerintah telah menetapkan target untuk menyerap 2,4 juta ton beras selama tahun 2023, di mana 2 juta di antaranya perlu diserap selama musim panen Maret-Juni 2023. Sayangnya, serapan ternyata tidak sesuai yang ditargetkan sehingga impor diperlukan untuk menutup kekurangannya.

"Produksi dalam negeri juga tetap perlu digenjot. Untuk menyiasati El-Nino, pemerintah perlu menfasilitasi distribusi benih yang tahan terhadap cuaca panas dan kering serta mempersiapkan sistem irigasi," pungkas Hasran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: