Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dosa Luhut Sudah Terlalu Banyak, Diminta Minta Maaf ke Masyarakat

Dosa Luhut Sudah Terlalu Banyak, Diminta Minta Maaf ke Masyarakat Luhut Binsar Pandjaitan | Kredit Foto: Instagram/Luhut Binsar Pandjaitan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PDI-Perjuangan menyebut Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sudah banyak melakukan dosa kepada rakyat Indonesia.

Karena itu, organisasi pro demokrasi, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) sayap PDIP meminta Luhut minta maaf kepada rakyat.

Baca Juga: Ade Armando Layangkan Somasi, Siapa Sangka Begini Respons Wasekjen PAN

“Dosanya sudah banyak, LBP harus minta maaf kepada masyarakat,” kata Ketua DPN Repdem, Ahmad Sazali dalam keterangannya, Senin (18/4/2022).

Dosa Luhut itu, lanjut anak buah Megawati Soekarnoputri itu terkait dengan kebijakan dan pernyataanya.

Seperti klaim memiliki big data soal wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjang masa jabatan presiden.

“Bukan hanya soal membuat hoax big data dan melawan konstitusi untuk masa jabatan presiden,” ujarnya.

Selain itu, tambah Ahmad Sazali, kebijakan yang diterapkan Luhut banyak menyusahkan rakyat.

“Dan kebijakan LBP yang tidak pernah berpihak kepada rakyat sering membuat rakyat susah dan kesulitan,” ucapnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi, menyatakan tak bisa membuka soal klaim big data.

Itu yang berisi percakapan 110 juta orang di media sosial mendukung penundaan Pemilu 2024.

Jodi hanya menyatakan bahwa itu data internal mereka.

“Itu data-data dari berbagai sumber yang terangkum dalam big data yang dikelola secara internal,” ujar Jodi kepada wartawan beberapa hari lalu.

Dalam sebuah wawancara di media sosial YouTube, Luhut mengklaim memiliki data bahwa wacana penundaan pemilu didukung oleh 110 juta warganet.

Klaim yang sama pernah disuarakan oleh Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.

Muhaimin menyatakan dari 100 juta akun di media sosial, sebanyak 60 persen mendukung penundaan pemilu 2024 dan 40 persen menolak.

Jodi enggan membeberkan data lengkap dari klaim Luhut itu.

Baca Juga: Koordinator BEM SI Sebut Orde Baru Berikan Kebebasan, Fahri Hamzah Sebut Mahasiswa Boleh Salah

Saat ditanya soal metode ilmiah pengumpulan data tersebut, dia pun hanya menjawab,

“Saya enggak punya otoritas untuk itu,” tuturnya.

Menurut Jodi, Luhut sebagai bagian dari pemerintah selalu menyerap semua aspirasi publik.

Itu dengan pengelolaan data-data dari berbagai sumber yang kemudian terangkum dalam big data.

Menurutnya, Luhut tak ambil pusing jika kemudian banyak yang mengkritik datanya itu.

“(Beliau) santai aja, kan cuma menyampaikan wacana yang bermunculan, dan ini juga soal big data,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Adrial Akbar

Bagikan Artikel: