China Terapkan Kebijakan Ekstrem, WNI di Shanghai Keluhkan Hal Ini
Konsul Jenderal RI di Shanghai Deny Kurnia menyerukan WNI untuk saling bergotong-royong di kalangan warga negara Indonesia yang tinggal di kota terkaya di China tersebut dalam menghadapi masa sulit di tengah penguncian wilayah (lockdown) akibat lonjakan terbaru kasus COVID-19.
"Kita harus bergotong-royong menjaga kondisi psikis akibat lockdown yang berkepanjangan ini," katanya saat dihubungi ANTARA Beijing, Sabtu.
Baca Juga: Beneran Lebih Parah dari Wuhan, Covid-19 di Shanghai Makin Banyak Telan Korban
Ia mengakui masalah kejiwaan menjadi hal utama yang harus diperhatikan selama masa-masa sulit tersebut.
"Usahakan tetap rileks. Yang mampu bisa bantu kesulitan yang lain," imbau Konjen.
Dalam beberapa kali masa perpanjangan lockdown, pihak Pemerintah Kota Shanghai memang telah menjamin ketersediaan kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Namun karena hampir seluruh wilayah Shanghai ditutup total, maka tidak semua area terlayani dan terdistribusi dengan baik.
Jasa pesan-antar makanan dan kebutuhan sehari-hari menjadi tulang-punggung bagi masyarakat setempat, termasuk WNI, selama masa lockdown.
"Memang tidak seperti hari-hari biasa. Selain tidak mudah, harga juga mahal. Bahkan ada WNI kita yang merasakan pelayanan kurang memuaskan," ungkap Deny.
Namun dia tetap menyarankan WNI untuk bersabar dengan tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat, mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas lokal, dan selalu berbagi informasi mengenai situasi terkini di Shanghai.
Konjen berharap situasi sulit tersebut berangsur pulih sehingga WNI yang berada di salah satu pusat keuangan dunia tersebut bisa kembali beraktivitas. Seluruh staf Konsulat Jenderal RI di Shanghai dan Pusat Pameran Dagang Indonesia (ITPC) Shanghai telah dipekerjakan dari rumah (WFH) sejak 1 April 2022 sesuai dengan kebijakan otoritas setempat.
Kota Shanghai di-lockdown sejak pertengahan Maret 2022 karena memburuknya situasi pandemi, bahkan lebih buruk daripada di Wuhan, kota pertama di China yang di-lockdown pada 23 Januari 2020.
Pada Kamis (21/4) otoritas setempat melaporkan 1.931 kasus positif ditambah 15.698 kasus tanpa gejala. Sejak lonjakan kasus terakhir yang mulai merebak pada Januari 2022 di Shanghai tercatat 11 kasus kematian. Dibandingkan dengan beberapa kota yang dilanda gelombang kasus terbaru, Shanghai agak terlambat pulih.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: