Infeksi Covid-19 Mulai Bermunculan, Beijing Akan Tes Massal 20 Juta Penduduk
Warga Beijing berbondong-bondong mengikuti tes Covid-19 pada Selasa (26/4/2022) setelah ibu kota China itu meningkatkan rencana tes massal menjadi 20 juta orang. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan lockdown yang meluas.
Dilansir dari Reuters, Beijing mulai mengetes penduduknya di distrik terpadat Chaoyang pada Senin (25/4). Tes juga akan dilakukan di 10 distrik lainnya dan satu zona pengembangan ekonomi pada Selasa (26/4) hingga Sabtu (29/4).
Baca Juga: Omicron di China Makin Parah, Saham Alibaba Cs Terjun Bebas, Udah Merah Makin Merah!
Ibu kota China tersebut melaporkan 33 kasus baru yang ditularkan secara lokal pada Senin (25/4). Sebanyak 32 di antaranya bergejala dan satu tak bergejala. Itu sedikit lebih tinggi dari 19 infeksi komunitas yang dilaporkan sehari sebelumnya.
Begitu menemukan puluhan infeksi, Beijing memutuskan untuk mengetes sekitar 20 juta warganya. Ini berbeda dari Shanghai yang menunggu sekitar satu bulan hingga jumlah kasusnya melebihi 1.000 kasus.
"Demi mengekang risiko penyebaran epidemi secara tegas dan menjaga kesehatan warga secara efektif, diputuskan untuk lebih memperluas cakupan pemeriksaan regional berdasarkan tes yang digelar di distrik Chaoyang," kata juru bicara pemerintah kota Beijing pada Senin (25/4).
Tiga putaran tes PCR akan dilakukan dari Selasa (26/4) hingga Sabtu (29/4) di distrik Dongcheng, Xicheng, Haidian, Fengtai, Shijingshan, Fangshan, Tongzhou, Shunyi, Changping, Daxing, serta Area Pengembangan Ekonomi-Teknologi Beijing.
"Beijing adalah ibu kota. Pengendalian virus lebih kuat daripada di tempat lain. Saya tak berpikir wilayah ini akan seperti Shanghai yang tiba-tiba melonjak menjadi ribuan kasus," kata Liu.
Meski begitu, banyak orang di Beijing menyerbu pasar swalayan untuk membeli makanan dan sembako lantaran khawatir akan lockdown mendadak. Otoritas juga mulai menutup sejumlah pusat kebugaran, bioskop, dan lokasi wisata pada Selasa (26/4).
Meski wabah terbaru Covid-19 di Beijing tergolong ringan menurut standar global, lockdown ibu kota China dengan ala Shanghai akan semakin mengaburkan prospek ekonomi Negeri Tirai Bambu.
"Jelas, Shanghai telah mengajarkan satu pelajaran, jika Anda meniru lockdown total tersebut, tak hanya sangat mahal, tetapi cara itu juga merusak secara ekonomi dan menekan jaringan sosial," komentar Joerg Wuttke, presiden Kamar Dagang Uni Eropa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: