Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Viral Rektor ITK Beri Komentar Rasis Soal Hijab, Sekjen PP SESMI: Bukan Pernyataan Akademisi

Viral Rektor ITK Beri Komentar Rasis Soal Hijab, Sekjen PP SESMI: Bukan Pernyataan Akademisi Kredit Foto: Fajar.co.id

"Justru adab dalam penampilan bisa dikedepankan dalam hal berpenampilan. Soal isi kepala seseorang dengan penampilan tidak saling berkorelasi, dan menjadi subjektif ketika diperhadapkan dengan kepentingan," sambungnya.

Diketahui Budi melalui tulisan di Facebook-nya, sang Rektor Budi Santosa Purwokartiko sebut hijab adalah penutup kepala manusia gurun. Adapun, tulisan tersebut awalnya merupakan cerita pengalamannya mewawancara mahasiswa yang mengikuti program Dikti ke luar negeri.

Baca Juga: Soal Label Kadrun ke Tsamara Amany, Jubir PAN Beberkan Fakta Menohok Ini

Namun, tak disangka di akhir kalimatnya, Rektor ITK itu malah menyinggung perempuan yang memakai hijab. Budi menyebut hijab adalah penutup kepala manusia gurun, serta menyebut mahasiswa yang diwawancarainya tidak memakai itu dan openminded.

Rektor ITK itu juga menyebut bahwa mahasiswa tak berhijab yang diwawancarainya "mencari tuhan ke negara-negara maju," dan bukan ke negara yang "orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi."

Tidak jelas maksud dari negara-negara yang dia sebutkan. Adapun, tulisan Rektor ITK Budi Santosa Purwokartiko selengkapnya adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Disebut-sebut sebagai Gubernur Rasis, Fakta 4 Tahun Anies Pemimpin DKI Dibongkar, Jangan Kaget!

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8 , 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita2nya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata2nya juga jauh dari kata2 langit:insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14,, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: