Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mendadak Singapura Diperingatkan Dubes Rusia Tentang Ulah Barat yang Kelewat Batas

Mendadak Singapura Diperingatkan Dubes Rusia Tentang Ulah Barat yang Kelewat Batas Kredit Foto: Reuters/Zohra Bensemra
Warta Ekonomi, Singapura -

Duta besar Rusia yang baru diangkat untuk Singapura, Nikolay Kudashev mengatakan Barat mengulangi kesalahan yang menyebabkan invasi ke Uni Soviet oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Konteksnya adalah dalam konflik saat ini di Ukraina.

Dalam wawancara telepon baru-baru ini dengan Yahoo News Singapore, Kudashev juga mengkritik negara-negara Barat karena tidak mengakui kontribusi Uni Soviet terhadap kemenangan selama apa yang disebut Rusia Perang Patriotik Hebat dari tahun 1941 hingga 1945.

Baca Juga: Memanas buat Perangi Rusia, Tentara Bayaran Israel Join dengan Resimen Azov

Komentarnya muncul saat perang Ukraina memasuki bulan ketiga. Invasi skala penuh Rusia terhadap tetangganya pada 24 Februari telah menyebabkan kecaman internasional dan sejumlah sanksi terhadap Kremlin.

Sebelum pecahnya Perang Dunia II pada 1 September 1939, Uni Soviet dan Nazi Jerman menandatangani pakta Non-Agresi pada 23 Agustus 1939 termasuk protokol rahasia untuk membagi Polandia oleh kedua belah pihak dan membatasi wilayah pengaruh lainnya. Perjanjian itu diakhiri pada 22 Juni 1941, ketika Nazi Jerman menginvasi Uni Soviet.

Kudashev mengklaim bahwa Amerika Serikat dan sekutu Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) sedang membangun pangkalan di Ukraina untuk mengulangi tragedi Perang Dunia II.

“Seperti halnya Perang Patriotik Hebat, salah satu alasan (penyebabnya) adalah negara-negara Barat sama sekali mengabaikan seruan (peringatan) Rusia, dan ini mengilhami Nazi, fasis, dan memicu keinginan mereka untuk pindah ke timur,” kata Kudashev.

“Sayangnya, tragedi ini berulang dengan kejadian di Ukraina dengan AS dan sekutu NATO-nya menghasut fasis, ekstremis, dan neo-Nazi di Ukraina untuk menargetkan Rusia sebagai target mereka,” imbuh dia.

Rusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun terhadap ekspansi NATO di Eropa timur dan menandai kemungkinan konflik militer dengan Barat atas masalah ini.

Semua mantan anggota Pakta Warsawa kecuali Rusia, negara penerus Uni Soviet, sekarang menjadi anggota NATO, termasuk Jerman Timur melalui penyatuannya dengan Jerman Barat dan Republik Ceko dan Slovakia setelah pecahnya Cekoslowakia. Terdiri dari negara-negara sosialis, Pakta Warsawa berfungsi sebagai penyeimbang NATO selama Perang Dingin.

Tiga negara Baltik yang merupakan bagian dari Uni Soviet --Latvia, Estonia dan Lithuania-- juga merupakan anggota NATO.

Ukraina memprioritaskan bergabung dengan NATO sebagai anggota setelah invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014. Namun rencananya tampaknya goyah di tengah konflik terbaru, dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru-baru ini mengatakan bahwa negaranya tidak dapat menjadi anggota NATO untuk saat ini.

Rusia telah berulang kali memperingatkan Ukraina tentang konsekuensi serius jika bergabung dengan NATO.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: