Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyasar Kaum Menengah ke Bawah, CEO Haus! Gufron Syarif: Mau Gaya Gak Perlu Mahal

Menyasar Kaum Menengah ke Bawah, CEO Haus! Gufron Syarif: Mau Gaya Gak Perlu Mahal Gufron Syarif | Kredit Foto: Instagram/Gufron Syarif
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO Haus! Indonesia, Gufron Syarif menceritakan pengalamannya saat menempuh pendidikan di Melbourna, di mana ia harus mandiri, bekerja sebagai cleaning service dan lain sebagainya. Berkat itu, Gufron mengatakan pengalamannya berhasil meruntuhkan mental block dan gengsinya selama ini sehingga ia lebih berani.

Namun, saat kembali ke Indonesia, ayahnya lebih menyetujui Gufron untuk bekerja sebagai profesional. Padahal, ia ingin sekali membuka lapangan pekerjaan dengan menjadi pengusaha.

Gufron seringkali melihat banyak perusahaan asing yang masuk ke Indonesia dan mempekerjakan rakyat Indonesia. Ia tak ingin hanya menjadi penonton, Gufron merasa harus membuka lapangan pekerjaan juga.

Baca Juga: Pesan Bos HAUS! Gufron Syarif: Jadi Pengusaha Jangan Pernah Merasa Cepat Puas dan Bisa Segalanya

Dalam video YouTube bertajuk "Ngobrol Bareng Panel Expert Gufron Syarif (Founder & CEO Haus)", setelah tiga tahun bekerja secara profesional di bank swasta, Gufron akhirnya diizinkan untuk membuka usaha sendiri dengan syarat agar ia menjadi dosen. Akhirnya, ia pun menjadi dosen di kampus almamater sarjananya yaitu Universitas Padjajaran.

Namun ternyata berbisnis tak semudah itu. Saat masih bekerja di bank, Gufron melihat bisnis yang menjanjikan yaitu bisnis recycle plastik. Tetapi ketika ia ingin terjun ke dalamnya, rupanya sudah banyak pemain besar sehingga ia kesulitan.

Setelah itu, Gufron pun berbisnis ayam goreng dengan menyewa food court di depan kampus. Setelah satu tahun berhasil, Gufron pun menyewa tempat yang lebih besar dengan menggunakan uang modal menikah. Namun bisnisnya tak berjalan semulus itu. Tiba-tiba gedung yang disewa Gufron disita oleh bank karena si pemilik tak bisa melunasi. Terpaksa Gufron pun harus pindah.

Meski telah gagal berkali-kali, namun Gufron tak pernah menyerah. Ia kerap kali penasaran. Kali ini ia pun berbisnis rendang kemasan dengan level 1-3 karena sang istri orang Padang. Bisnis ini pun berjalan lancar berkat ramainya reseller. Bahkan, omzet yang didapat Gufron bisa mencapai Rp600 juta per bulan.

Setelah itu, Gufron pun memasukkan ke supermarket. Tapi ia baru sadar kalau cashflow-nya tidak besar, uangnya bisa cepat habis karena pembayaran supermarket sesuai jatuh tempo yang bisa sampai tiga bulan lamanya.

Kemudian, Gufron pun bertemu dengan Rex Marindo, pendiri Warunk Upnormal yang membuat ia akhirnya mendirikan Haus! dan sukses besar hingga sekarang. Semua berawal dari keberanian Gufron yang akhirnya membentuk sebuah organisasi dengan menghubungi teman-temannya yang memiliki latar belakang berbeda.

Haus! pun terbentuk karena melihat besarnya peluang untuk bisnis menengah ke bawah. Pasalnya, Haus! sendiri hanya mematok harga Rp5.000 hingga Rp15.000, dan dalam waktu tiga bulan pertama mereka bisa menjual 1.500 cup setiap harinya.

Hingga hari ini, Gufron masih sering tak menyangka bisnis Haus! bisa melejit dengan omzet besar dengan organisasi yang juga besar. Padahal, teknik marketing awalnya yaitu hanya buy one get one dengan membeli Thai Tea seharga Rp5.000.

"Meskipun Haus! dijual dengan harga murah, tetapi kita menawarkan lifestyle. Mau gaya pun gak harus mahal sebenarnya," ujar Gufron.

Oleh karena itu Haus! bisa bertahan hingga hari ini karena harganya yang murah, tetapi tidak murahan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: