Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memahami Invasi Rusia ke Ukraina, Apa Target Putin Sebenarnya?

Memahami Invasi Rusia ke Ukraina, Apa Target Putin Sebenarnya? Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic

Rusia dengan menggunakan Pasal 51 Piagam PBB menilai bahwa posisi mereka yang terancam kemudian mempunyai hak untuk melakukan serangan preemptive ke wilayah yang menjadi sumber ancaman.

Hal itu berkaitan dengan penguatan militer Ukraina yang di-support negara-negara NATO yang, menurut Rusia, digunakan untuk menindas bangsa Ukraina keturunan Rusia di timur.

Dukungan politik dan militer Barat membangunkan kembali kekhawatiran Rusia akan perluasan pengaruh NATO ke wilayah bekas Uni Soviet.

Sejak awal, lanjut Ahmad Fahrurodji, Rusia menilai eksistensi NATO sudah tidak relevan lagi, seiring dengan berakhirnya Perang Dingin. Rusia mengambil langkah kompromistis dengan menjalin Kemitraan Rusia-NATO, tetapi berbagai upaya akomodatif Rusia itu diabaikan.

Terbukti dengan pemberhentian kemitraan tersebut dan penutupan perwakilan dua pihak di Brussels dan Moskow beberapa bulan lalu.

Terkait dengan hal itu, dalam pidatonya Putin mengatakan negara-negara NATO dalam rangka untuk mencapai tujuan politik mereka mendukung kelompok nasionalis ekstrem dan neo-Nazi Ukraina.

Perluasan NATO sendiri, bagi Rusia, merupakan instrumen politik luar negeri AS untuk semakin menanamkan hegemoni mereka di kawasan. Putin menyoroti telah diabaikannya norma-norma internasional oleh Barat dalam penyelesaian berbagai permasalahan dunia.

Putin mengambil beberapa contoh pelanggaran hukum internasional seperti pengeboman Beograd, Libia, Irak, dan terakhir terhadap Suriah, yang dilakukan koalisi Barat.

Semua pengeboman koalisi itu tidak pernah mendapatkan persetujuan, baik dari pemerintah Suriah maupun DK PBB. Dia mengemukakan, upaya penyelesaian dengan cara kekerasan itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru menimbulkan permasalahan baru.

Putin menyebut aksi koalisi dan penghancuran di Suriah telah melahirkan arus pengungsi besar-besaran ke Eropa dan munculnya sarang-sarang baru terorisme internasional.

“Sinyalemen Putin tersebut seakan merupakan bentuk protes dan habisnya kesabaran Rusia terhadap berbagai permasalahan dunia yang selama ini diselesaikan secara sepihak oleh AS dan sekutu mereka tanpa mempertimbangkan pandangan pihak lain. Moskow secara konsisten menyerukan tatanan dunia yang multipolar, yang sayangnya semakin hari menunjukkan arah yang sebaliknya,” ujarnya.

Selain itu, demiliterisasi ditujukan untuk melumpuhkan kekuatan rezim yang berkuasa di Kyiv yang selama delapan tahun telah menimbulkan kesengsaraan terhadap rakyat Ukraina Timur.

Sebagaimana diberitakan pers Rusia, serangan dilakukan sehari setelah Putin menerima permintaan dari pemimpin Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, dua region yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Kyiv dan Rusia mengakuinya dua hari sebelumnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: