Indonesia sejak tahun 1911 (111 tahun lalu) sudah mengembangkan perkebunan kelapa sawit yakni di Pulu Raja (Asahan, Sumatera Utara), Tanah Itam Ulu (Kab. Batubara, Sumatera Utara), dan Sei Liput (Aceh) yang hingga sekarang masih berupa kebun sawit dan tidak berubah menjadi gurun. Bahkan sebaliknya, kebun sawit yang ada justru produktivitasnya semakin meningkat.
“Banyak penelitian juga membuktikan bahwa biomassa, salah satu komponen penting kesuburan lahan pada kebun sawit meningkat dengan semakin tua umur kelapa sawit,” catat laman Palm Oil Indonesia.
Baca Juga: Aksi Demo Petani Sawit Tidak Bisa Dianggap Remeh, Pakar Singgung Hal Penting Ini, Simak!
Hasil penelitian Chan (2002) dalam laporan PASPI menemukan bahwa tanaman kelapa sawit umur 4 tahun, menghasilkan biomassa sekitar 40 ton per hektar/tahun; kemudian meningkat menjadi sekitar 93 ton pada umur 15 tahun. Pada saat umur 24 tahun (umur peremajaan kembali) volume biomassa mencapai puncak yakni sekitar 113 ton/ha/tahun.
Sementara itu, ketika lahan sawit tersebut diremajakan kembali maka biomassanya dapat dibiarkan di lahan untuk kesuburan lahan. Tidak hanya itu, dari biomassa yang dipanen berupa Tandan Buah Segar sawit, sebagian besar akan kembali ke lahan.
Baca Juga: Kelapa Sawit: Si Pabrik Minyak Nabati Paling Hemat Lahan
Data PASPI mencatat, jika produksi buah sawit sebesar 24 ton /ha/tahun maka minyak sawit yang diambil (dijual) hanya sekitar 5 ton dan 19 ton sisanya merupakan biomassa yakni berupa tandan kosong, cangkang, dan lumpur yang semuanya dikembalikan ke lahan agar tetap subur. Selain itu, untuk mempertahankan kesuburan lahan juga dilakukan pemupukan sesuai dengan umur dan produktivitas tanaman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: