Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inflasi April 2022 Lebih Tinggi, Menkeu Sri Mulyani: Tapi Indonesia Lebih Rendah dari Negara Lainnya

Inflasi April 2022 Lebih Tinggi, Menkeu Sri Mulyani: Tapi Indonesia Lebih Rendah dari Negara Lainnya Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa inflasi pada bulan April 2022 tercatat 3,5%, lebih tinggi dibandingkan Maret 2022. Hal itu dipengaruhi dengan terjadinya kenaikan harga komoditas global telah berdampak pada naiknya harga-harga di dalam negeri, terutama energi dan pangan, dan adanya faktor musiman yaitu bulan Ramadan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri juga turut memberikan andil terhadap kenaikan harga.

Namun demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan inflasi di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara anggota G20 lainnya, seperti: Amerika Serikat (AS) 8,3%; Inggris 9,0%; Turki 70,0%; Argentina 58,0%; Brazil 12,1%; dan India 7,8%.

Baca Juga: Target Menkeu: Angka Kemiskinan Turun dan Tingkat Pengangguran Terbuka dapat Ditekan di Tahun 2023

"Tekanan inflasi di Indonesia masih jauh lebih rendah. Tekanan inflasi di Indonesia tidak setinggi di negara-negara tersebut karena kenaikan harga energi global diredam oleh APBN (shock absorber) yang konsekuensinya menyebabkan kebutuhan belanja subsidi energi dan kompensasi meningkat tajam," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI terkait Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN 2023, Jumat (20/5/2022).

Menurutnya, dalam kondisi pemulihan ekonomi dan kesejahteraan yang masih awal dan rapuh, ketersediaan dan keterjangkauan harga energi dan pangan menjadi sangat krusial untuk menjamin daya beli masyarakat dan menjaga keberlanjutan proses pemulihan ekonomi nasional. 

"Terkait potensi transmisinya ke sektor keuangan, Pemerintah - dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Keuangan - bersama dengan anggota KSSK lainnya (BI, OJK dan LPS), berkomitmen untuk memperkuat koordinasi dan sinergi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Sampai dengan saat ini, kondisi sektor keuangan nasional masih relatif stabil," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Soroti UAS Dideportasi Singapura, Menterinya Jokowi: Jaga Lisan, Jaga Mulut!

Ia juga mengungkapkan, fungsi intermediasi perbankan mulai meningkat, tercermin pada peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit. Sementara itu, tingkat kecukupan modal (CAR) juga tinggi dengan likuiditas yang masih memadai. Cadangan devisa nasional juga masih memadai dan diharapkan dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar serta momentum pemulihan ekonomi nasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: