Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenkeu: Ketahanan Eksternal Indonesia Tetap Terjaga, Berikut Penjelasannya!

Kemenkeu: Ketahanan Eksternal Indonesia Tetap Terjaga, Berikut Penjelasannya! Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengungkapkan bahwa ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga, salah satunya ditopang oleh kinerja neraca transaksi berjalan yang konsisten baik.

Dia menjelaskan, ini merupakan kinerja yang sangat baik, mengingat banyak sekali risiko yang dihadapi, seperti lonjakan harga minyak dunia yang didorong oleh eskalasi tensi geopolitik yang menekan neraca perdagangan migas.

Baca Juga: PAN Ingatkan Kemenkeu, Usulan Subsidi Energi Harus Konsisten!

"Jelas bahwa upaya reformasi struktural Indonesia berhasil menciptakan surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia yang konsisten tinggi, bahkan terus meningkat sehingga berhasil menyerap risiko yang berasal dari kenaikan harga minyak," paparnya, mengutip siaran resmi Kementerian Keuangan, Selasa (24/5/2022). 

Neraca transaksi berjalan kuartal I 2022 mencatat surplus sebesar US$0,2 miliar atau 0,1% dari PDB. Surplus ini sedikit menurun diakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan defisit di sektor migas.

Sementara, neraca perdagangan nonmigas tetap kuat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meski sedikit menurun karena faktor eksternal, yaitu perlambatan ekspor ke negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar US$17 miliar (kuartal I 2021: US$9,9 miliar, kuartal IV: US$17,5 miliar).

Sementara itu, Neraca Perdagangan Migas pada kuartal I 2022 mencatat defisit sebesar US$5,9 miliar (kuartal I 2021: US$2,3 miliar, kuartal IV 2021: US$5,0 miliar). Penurunan surplus neraca transaksi berjalan juga disebabkan oleh jasa keuangan dan jasa perjalanan, seiring dengan pemulihan ekonomi dan peningkatan perjalanan (dibukanya kembali penyelenggaraan ibadah umrah) dan wisata nasional ke luar negeri yang memengaruhi neraca jasa.

"Kinerja neraca transaksi berjalan diharapkan terus positif dengan berbagai kebijakan reformasi struktural untuk mendorong kinerja ekspor nonmigas melalui penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, hilirisasi, revitalisasi industri, dan ekonomi hijau. PMI Manufaktur Indonesia yang makin ekspansif juga menjadi indikasi dini masih kuatnya kinerja ekspor ke depan," ujar Febrio.

Untuk memperbaiki kondisi defisit migas, pemerintah juga terus berupaya membangun kapasitas industri hulu migas sehingga posisi neraca berjalan secara akan menguat. Dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF), terjadi peningkatan aliran dana masuk neto investasi langsung ke sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor lainnya dibandingkan kuartal sebelumnya sebagai bentuk optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik sebagai akibat penanganan pandemi yang efektif dan iklim investasi yang terus terjaga di Indonesia.

Kinerja positif ini membantu mempersempit defisit TMF menjadi US$1,7 miliar atau sebesar 0,5% dari PDB (defisit di kuartal IV 2021: US$2,2 miliar). "Kita terus mendorong reformasi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga ada perbaikan pada Neraca TMF," ujarnya.

Ketidakpastian pasar keuangan global akibat tensi geopolitik dan inflasi di Amerika Serikat yang memicu pengetatan kebijakan moneter (suku bunga global) telah berdampak pada terjadinya aliran keluar investasi portofolio. Meski demikian, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, khususnya terkait dampak positif harga komoditas global pada Indonesia dan prospek pemulihan ekonomi nasional, akan menjadi faktor penting menguatnya kepercayaan investor di pasar keuangan domestik.

Pemerintah bersama otoritas terkait sektor keuangan yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan senantiasa menciptakan bauran kebijakan yang tepat untuk stabilitas perekonomian. Dengan berbagai langkah dan bauran kebijakan yang ditempuh pemerintah dan otoritas lainnya tersebut, Neraca TMF akan lebih baik ke depan. 

Secara agregat, pada Triwulan I 2022, NPI menunjukkan kinerja yang relatif baik, meskipun mencatatkan defisit sebesar US$1,8 miliar, di tengah ketidakpastian terkait dinamika global. Posisi cadangan devisa pada Maret 2022 tercatat sebesar US$139,1 miliar atau setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan utang luar negeri Pemerintah selama tujuh bulan.

"Cadangan devisa ini menjadi modal dalam menjaga ketahanan Indonesia terhadap berbagai potensi risiko eksternal ke depan," tutup Febrio. 

Mempertimbangkan outlook neraca transaksi berjalan dan TMF, performa NPI secara keseluruhan diharapkan ke depan diperkirakan masih baik dan dapat menopang ketahanan sektor eksternal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: