Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menggelar High Level Meeting (HLM) dalam rangka Upaya Pengendalian Inflasi Pasca Hari Raya Idul Fitri dan Menghadapi Hari Raya Idul Adha, kemarin.
Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi mengatakan pihaknya akan memperkuat koordinasi TPID agar terus aktif melakukan sejumlah langkah pengendalian dalam rangka menjaga inflasi yang rendah dan terkendali.
Ia melaporkan pengaruh inflasi di Sumbar diikuti dengan adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan kurban yang akan berimbas pada kenaikan harga sapi dan daging sapi menjelang idul adha.
Selain itu Buya juga berbicara terkait kelangkaan pangan produk pertanian. Antara lain cabai merah, bawang, dan beras. Menurutnya perlu adanya modernisasi dan hilirisasi pertanian dengan menggunakan sistem alih teknologi.
“Perlunya modernisasi pertanian, karena salah satu terjadinya kelangkaan pangan adalah iklim yang terus berubah. Oleh sebab itu kita perlu mengembangkan inovasi pertanian, salah satunya adalah modifikasi cuaca,"tegasnya.
Disamping itu Buya juga menyebut perlu adanya pembangunan green house untuk melindungi tanaman pangan dari bahaya cuaca ekstrem. Sehingga produksi pangan di Sumbar bisa terus berjalan tanpa bergantung pada kondisi iklim pada saat itu.
Ia juga mendukung perguruan tinggi yang berfokus pada bidang pertanian untuk memfasilitasi dan membina masyarakat di sekitarnya untuk mengembangkan usaha pertanian.
“Untuk itu saya dukung perguruan tinggi yang mempunyai usaha pertanian,untuk mengisi kebutuhan pangan dan mensupply kebutuhan sayuran yang ada di pasar dan supermarket,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Bank Indonesia Wilayah Sumbar, Wahyu Purnama mengungkapkan sumbar masuk ke dalam komoditas penyumbang inflasi nasional pada mei 2022.
Komoditas tersebut antara lain nasi dengan lauk mengalami inflasi sebesar 1,70%, Telur ayam ras sebesar 11,24%, Sawi Hijau sebesar 33.51%, dan angkutan udara sebesar 41,72%.
Dibandingkan pada bulan April 2022, inflasi kelompok di Sumbar tercatat mengalami penurunan, kecuali pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok transportasi, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran yang masih mengalami inflasi.
“Secara bulanan, inflasi Sumatera Barat pada Mei 2022 berada pada urutan ke-1 inflasi tertinggi dari total 10 provinsi di Kawasan Sumatera,” paparnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: