Tanaman kelapa sawit memiliki bagian akar berserabut yang memiliki lapisan secara masif dan membentuk banyak biopori tanah. Sistem perakaran ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan organik serta cadangan air.
"Dari karakteristik di atas, tidak heran jika kelapa sawit menjadi tanaman yang memenuhi syarat sebagai tanaman konservasi tanah dan air. Makin tua umur tanaman, maka pori-pori tanah yang terbentuk pun makin besar," catat laporan PASPI, dikutip Kamis (16/6).
Baca Juga: Kepala SEAFAST Center IPB University: Sawit Bantu Menurunkan Angka Stunting
Dalam laporan PASPI disebutkan bahwa tanaman kelapa sawit dewasa memiliki akar dengan diameter 5 m dan kedalaman lebih dari 5 m dari pangkal batang sawit. Sistem pori-pori tanah yang berada di bawah kebun sawit dapat meningkatkan kemampuan lahan untuk menyimpan air. Hal ini membuat kebun sawit cukup efektif untuk mengurangi aliran air permukaan.
Pada saat hujan, air tidak langsung mengalir, melainkan meresap ke dalam tanah dan mengisi pori-pori tanah. Sebaliknya, pada musim kemarau, cadangan air dalam pori-pori tanah akan terlepas secara perlahan sehingga tanaman tetap mendapatkan air.
Studi PASPI juga menemukan, berdasarkan hasil penelitian pada Daerah Aliran Sungai Barumun, ditemukan bahwa sebelumnya, daerah tersebut sering mengalami kekeringan saat kemarau dan banjir ketika curah hujan tinggi. Namun, setelah perkebunan kelapa sawit berkembang, DAS tersebut makin baik hidrografnya.
"Hal ini karena saat hujan datang, air akan meresap ke dalam dan mengisi pori-pori tanah. Sebaliknya, saat musim kering tanaman sawit mempunyai cadangan air yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa menanam pohon kelapa sawit dapat meminimalisasi terjadinya kekeringan di musim kemarau dan banjir saat musim hujan," catat laporan PASPI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: