Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Intip! Jurus Jitu PRSI Siapkan Regenerasi Atlet Akuatik Olimpiade 2032

Intip! Jurus Jitu PRSI Siapkan Regenerasi Atlet Akuatik Olimpiade 2032 Kredit Foto: PRSI
Warta Ekonomi, Bandung -

Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) menggelar Bandung Open Swimming Tournament 2022 dengan melibatkan ribuan atlet akuatik dari 27 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat. Kejuaraan yang digelar di stadion renang UPI Bandung, Jawa Barat ini menghadirkan kelas usia sampai 17 tahun dan menjadi salah satu cara yang akurat untuk regenerasi atlet akuatik untuk Olimpiade 2030-2032.

Ketua Harian PRSI Jawa Barat, M Farhan, menilai, langkah regenerasi ini jadi cara terukur untuk mendapat atlet terbaik.

Baca Juga: Presiden Jokowi Serahkan Bonus bagi Atlet Peraih Medali SEA Games ke-31 Vietnam

"Semua kelas, semua kelompok usia. Kalau akuatik itu sebetulnya ada lima cabor khusus untuk renang, kelasnya banyak, kelas 1 sampai kelas 5, semua level. Jadi, untuk bisa mendapatkan atlet elite tahun 2030-2032, ya mereka inilah," kata Farhan di Stadion Renang UPI Bandung, Rabu (15/6/2022).

Ia mengaku optimis atlet akuatik Jawa Barat yang masuk olimpiade makin banyak. Pasalnya, gelaran turnamen secara rutin jadi salah satu strategi jitu proses regenerasi.

"Makanya, sekarang kita bikin open tournament untuk perkumpulan seluruh Jawa Barat di kelompok usia dan ini adalah tournament pertama kelompok usia antar perkumpulan di Jawa Barat setelah masa pandemi," ungkapnya.

Meskipun, dengan masa pandemi yang berlangsung dua tahun mengakibatkan kualitas skill berkurang. "Kaku sekali karena selama dua tahun kita tidak bisa bikin tournament, terakhir kita bikin itu babak kualifikasi untuk PON, udah begitu udah, plong nggak ada lagi," imbuhnya.

Farhan juga menilai, strategi yang dilakukan merupakan pendekatan secara statistik. Dalam kejuaraan level Nasional maupun Internasional, ada beberapa cabang olahraga yang didahulukan untuk menang dalam rangka mengamankan perolehan 100 mendali pertama. "Nah, akuatik, taekwondo, dayung itu termasuk yang diutamakan untuk mendapatkan 100 mendali pertama emas," katanya.

"Kalau bibit sekarang adalah sejak masuk kelompok usia 1-5, mereka itu harus dikasih turnamen terus, tujuannya apa? Supaya ada motivasi latihan, supaya mereka juga merasakan atmosfer kompetisi, atmosfer pertandingan," sambungnya.

Dia kembali menegaskan, ajang turnamen untuk regenerasi atlet terbaik harus dirutinkan. "Sejak 2020 belum ada tournament seperti ini lagi, kan turnamen seperti ini izinnya kalau dulu kan engga gampang," ujarnya.

Sementara, tantangan terbesar sebetulnya adalah mengembalikan fitness level para atlet karena mereka selama dua tahun hanya latihan, tapi tidak ketahuan buat apa latihannya. "Jadi, fitness levelnya bukan fitness level yang siap untuk kompetisi. Makanya agak sulit bagi kita untuk mengembalikan hal itu," imbuhnya.

Adapun Pelatih Nasional (Pelatnas) atlet Akuatik dari PRSI Jawa Barat, Donny Budiarto Utomo mengatakan, rutinitas turnamen untuk mempunyai bibit unggul sangat dibutuhkan. Namun, ada hal utama lainnya yang dibutuhkan para atlet.

"Nutrisi untuk anak-anak ini kan seperti tidak diperhatikan berbeda dengan negara-negara luar yang sangat detail sekali ya untuk memperhatikan dari fasilitasnya, mereka engga kesusahan cari tempat latihan," jelasnya.

Selain itu, skill kepelatihan pun harus terus update agar berdampak dalam meramu program regenerasi atlet. "Terutama untuk anak-anak kecil itu sangat penting, sering untuk bertanding juga, karena meraka kan untuk bisa meningkatkan pengalaman tanding," katanya.

Salah satu peserta, Sinulingga dari Bekasi Central Akuatik berharap turnamen ini dirutinkan untuk mematangkan skill dan mental untuk masuk dalam kompetisi tingkat Nasional maupun Internasional. "Makin banyak peserta ke depannya, penuh, makin bagus. Target juara saya masuk PON sampai Sea Games," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: