Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menegaskan BUMN harus menjadi penyeimbang pasar ketika pasokan suatu barang di masyarakat mengalami kelangkaan.
Erick mengatakan, upaya menjaga keseimbangan merupakan bagian dari transformasi BUMN, salah satunya adalah dengan mengikis kesenjangan dan meningkatkan keseimbangan, perekonomian akan dapat bergerak maju.
Baca Juga: BSI Berpotensi Jadi Bank BUMN, Ini Untung-Ruginya
"Artinya keseimbangan. Tidak mungkin ekonomi kita tumbuh kalau tidak rukun dan tidak ada keseimbangan, itu lah fungsi intervensi dari BUMN," ujar Erick dikutip Sabtu (18/6/2022).
Keseimbangan tersebut sudah mulai dilakukan salah satunya melalui pendanaan dan pendampingan. Untuk itu, Erick pun memetakan fokus masing-masing bank BUMN agar tak lagi saling bersaing memperebutkan sektor pembiayaan korporasi besar dan melupakan UMKM.
"Perbankan kita fokuskan. Dulu, BNI, BRI, Mandiri, semua rebutan korporasi, semua bikin kartu kredit, buat apa, akhirnya terjadi kesenjangan, yang kecil tidak merasa diurusi dan yang besar selalu disalahkan," ujarnya.
Pada sektor perbankan, Erick menugaskan Bank Mandiri fokus pada korporasi, BRI menggarap pasar UMKM, dan BNI menjadi bank internasional yang berorientasi ekspor produk Indonesia.
"BRI waktu saya datang (menjabat Menteri BUMN) 80 persen pinjaman korporasi besar, tidak bisa. BRI harus fokus merajut UMKM. kita gabungkan BRI, PNM, Pegadaian. Kemarin rights issue BRI Rp 96 triliun terbesar di Asia Tenggara, nomor dua di Asia, dan nomor tujuh dunia. Artinya tidak hanya pakai modal pemerintah tapi lewat aksi korporasi yang dipercaya market," ungkapnya.
Lanjutnya, Erick menyebut fokus model bisnis akan mampu menguatkan kinerja BUMN yang pada akhirnya berdampak baik untuk ekosistem ekonomi nasional.
"BUMN juga harus seimbang, korporasinya mesti untung supaya dapat intervensi. Kalau BUMN tidak sehat dan rugi, bagaimana bisa mendorong dan intervensi. Alhamdulillah, dengan transformasi kita dapat menggenjot laba bersih BUMN secara konsolidasi dari Rp 13 triliun pada 2020 menjadi Rp 126 triliun pada 2021," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: