Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga CPO Indonesia Merosot, Ini 3 Faktor Utama yang Jadi Penyebabnya

Harga CPO Indonesia Merosot, Ini 3 Faktor Utama yang Jadi Penyebabnya Industrial Vegetable Oil (IVO). | Kredit Foto: BPDPKS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) merosot hampir 10 persen pada perdagangan Rabu (22/6/2022) dan menjadi penurunan terbesar sejak 23 Desember 2021. Melansir dari beberapa sumber, terdapat tiga faktor utama yang mengerek harga CPO tersebut anjlok. 

Pertama, menurut Ketua Perdagangan dan Perencana di Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagrajan, ekspor CPO Indonesia yang kini mulai membanjiri pasar nabati dunia, tidak sebanding dengan permintaannya. 

Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO sebanyak 894.481 ton di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO) per Rabu (22/6/2022). Selain skema DMO, pemerintah juga telah mengeluarkan izin ekspor produk sawit sebanyak 613.188 ton dalam program percepatan ekspor dengan alokasi kuota 1,16 juta ton. Jika dijumlahkan, maka ekspor yang telah di setujui sebanyak 1,5 juta ton.

Baca Juga: Sempat Anjlok, Harga CPO Kembali Menguat 0,81%

Ketika suplai CPO Indonesia tengah memenuhi pasokan di pasar nabati dunia, demand terhadap CPO malah berpotensi turun.

Kedua, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lain, lantaran bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar global. Pada Rabu (22/6/2022), harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade berakhir turun 3,8 persen karena prakiraan cuaca yang lebih dingin di akhir Juni dan awal Juli sehingga biji kedelai dapat di tanam lebih banyak setelah beberapa waktu lalu wilayah Amerika Selatan mengalami kekeringan karena cuaca ekstrem.

Selain itu, harga minyak mentah dunia tergelincir di sesi perdagangan kemarin, di mana harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok 1,2 persen menjadi USD108,18/barel, sedangkan jenis Brent ambles 1,2 persen ke USD113,32/barel sehingga CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk dijadikan bahan baku biodiesel.

Baca Juga: Harga CPO di Jambi Turun Rp 331 per Kilogram Menjadi Rp 10.739 per kilogram

Ketiga, ekspor CPO dari Malaysia berpotensi naik karena per Rabu (22/6/2022), Malaysia telah menerima sebanyak 40 orang tenaga kerja asing dari Indonesia. Tidak hanya itu, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Hermono mengatakan bahwa mereka telah menyetujui sekitar 4.699 pekerja untuk perkebunan Malaysia.

Kedatangan pekerja asing akan membantu meringankan kekurangan lebih dari 100.000 pekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia yang tentunya akan meningkatkan produksi CPO di masa depan.

Bahkan, Analis CGS CIMB Ivy Ng Lee Fang telah memproyeksikan bahwa harga CPO cenderung turun pada semester II-2022 ini dikarenakan pasokan minyak nabati meningkat pada akhir Juni. Dia juga menilai bahwa harga CPO dapat diperdagangkan pada kisaran MYR5.500-6.500/ton pada Juni karena pasokan akan meningkat 5,1 persen secara bulanan menjadi 1,6 juta ton, sedangkan perkiraan untuk tahun 2022 dan 2023 masing-masing berada di MYR5.600/ton dan MYR3.800/ton.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: