Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Krisis Pangan Dunia Depan, Mentan SYL Minta Perencanaan Sektor Pertanian Inovatif dan Adaptif

Krisis Pangan Dunia Depan, Mentan SYL Minta Perencanaan Sektor Pertanian Inovatif dan Adaptif Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) meminta perencanaan pembangunan pertanian tahun 2023 harus inovatif dan adatif. Pasalnya, di tengah tantangan pangan dunia saat ini dibutuhkan gebrakan program sebagai langkah antisipasi melalui penyiapan strategi yang tepat sehingga kedepan pangan nasional bisa disiapkan secara mandiri.

"Jajaran di pertanian adalah pejuang. Melalui kegiatan ini, kita perbaiki konsepsi, program, jelaskan tahapan dalam mencapai program dan pertajam capaiannya. Tolong Pak Irjen, Pak Sekjen, Dirjen semua turun dan pantau," demikian tegas Mentan SYL pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional (Musrenbangtannas) Tahun 2022 dengan tema “Memperkuat Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern Dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional, di Kanpus Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Rabu (29/6/22).

Baca Juga: Bela Anies Baswedan, NasDem Tegaskan Soal Holywings Gak Mungkin Buat Pencitraan

Mentan SYL optimis perencanaan sektor pertanian yang benar dapat membentuk program dan arah pembangunan pertanian yang lebih baik. Di samping itu, kedepan tantangan produksi pangan yang semakin besar harus menjadi peluang bagi produksi petani karena pangsa pasar yang semakin terbuka.

"Tantangan pertanian tidak seperti kemarin. Segala sesuatu di depan mata jadi berbahaya saat kita anggap semua remeh - remeh saja. Krisis pangan dunia di depan mata. Oleh karena itu, sinergi semua pihak dalam pembangunan pertanian perlu di tingkatkan," terangnya.

Lebih lanjut, SYL menyebutkan berbagai tantangan pangan yang saat ini sedang mengancam produksi pangan baik dalam negeri maupun luar negeri. Diantaranya keterbatasan suplai barang akibat pembatasan sosial covid-19, perang dan climate change.

Baca Juga: Walau Eks Staf Ahok Ubah Haluan, PSI Tegaskan Tidak Akan Pernah Mendukung Anies Baswedan!

"Saat ini produksi pangan di berbagai negara menurun sehingga terjadi kenaikan harga pangan dunia yang berdampak juga pada harga pangan dalam negeri. Untuk itu, komoditi yang kebutuhannya masih diimpor harus ganti dari substitusi komoditi lain seperti gandum diganti dengan sorgum atau singkong," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: