Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kalimat Paling Kasar Keluar saat Elite Rusia Terang-terangan Pesta Pora atas Jatuhnya Boris Johnson

Kalimat Paling Kasar Keluar saat Elite Rusia Terang-terangan Pesta Pora atas Jatuhnya Boris Johnson Kredit Foto: Reuters/Dan Kitwood
Warta Ekonomi, Moskow -

Pesta pora digelar elite politik Rusia setelah Boris Johnson dinyatakan jatuh pada Kamis (7/7/2022). Mereka menyebut pemimpin Inggris itu sebagai "badut dungu" yang akhirnya merasakan akibat karena mempersenjatai Ukraina melawan Rusia.

Johnson, tokoh kampanye Brexit 2016 yang meraih kemenangan elektoral gemilang pada 2019 sebelum memimpin Inggris keluar dari Uni Eropa, mengumumkan pengunduran diri pada Kamis setelah dia ditinggalkan oleh para menteri dan sebagian besar anggota parlemen Konservatif karena serangkaian skandal.

Baca Juga: Mengenal Boris Johnson, Mantan Jurnalis "Malaikat" Brexit dan Mundur Diseret-seret Skandal

Kremlin menyatakan bahwa mereka juga tidak menyukai Johnson. "Dia tidak menyukai kami, kami juga tidak menyukai dia," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sesaat sebelum Johnson berdiri di Downing Street untuk mengumumkan pengunduran dirinya.

Dalam pidatonya, Johnson mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif tetapi berencana untuk tetap sebagai perdana menteri sampai penggantinya dipilih.

Johnson juga menyampaikan pesan kepada rakyat Ukraina, berjanji bahwa Inggris akan "terus mendukung perjuangan mereka sampai kapan pun".

Para pemimpin Rusia sangat tidak menyukai Johnson, yang baru-baru ini mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa dia ingin tetap berkuasa lebih lama daripada Margaret Thatcher --musuh abadi mantan Uni Soviet yang menjabat sebagai perdana menteri Inggris dari 1979 hingga 1990.

Taipan Rusia Oleg Deripaska mengatakan di Telegram bahwa itu adalah "akhir yang memalukan" untuk "badut bodoh" yang akan dikutuk oleh "puluhan ribu nyawa dalam konflik tidak masuk akal di Ukraina ini".

"Badut itu telah pergi," kata Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Rusia. 

"Dia adalah salah satu tokoh utama perang melawan Rusia. Para pemimpin Eropa harus memikirkan ke mana arah kebijakan yang diambil."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: