Perubahan gaya hidup menjadi serba digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas. Sekarang ini kehadiran lokapasar atau marketplace membuat masyarakat tidak harus berbelanja ke pasar.
Kecakapan digital membantu individu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital sehingga penjual online yang terpercaya harus memanfaatkan setiap fitur yang ada di lokapasar.
Baca Juga: Bebas Boleh, Asal Jangan Kebablasan
"Pastikan ketika ada diskusi di kolom diskusi produk dijawab. Ketika ada yang bertanya, harus ada penjelasan mendetail sehingga sebagai pelaku bisnis kita dipercaya. Kemudian kita juga memberi kepastian kepada pelanggan agar mereka tahu produknya seperti apa ketika sampai," kata Relawan Mafindo, Puji F. Susanti saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kota Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/7), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Penjual online harus menjelaskan produknya secara detail. Untuk produk makanan atau sesuatu yang langsung dikonsumsi, penjual harus menyertakan keterangan izin edar dan halal. Kedua hal ini merupakan saringan pertama untuk sebuah produk makanan.
Penjual juga harus menampilkan foto pada aplikasi lokapasar sesuai produk. Sekarang ini banyak penjual yang hanya mengganti warna produk dalam foto menggunakan program komputer sehingga produk terkadang tidak sesuai dengan gambar.
Terpenting, lanjut Puji, penjual tidak menyalahgunakan data pelanggan. Setiap lokapasar memiliki kebijakan berbeda. Ada yang merahasiakan data pembeli sehingga penjual hanya bisa melihat data saat awal pemesanan. Di sisi lain, ada yang menyimpan riwayat data pembeli hingga setahun atau dua tahun terakhir.
"Kalau punya lokapasar, data yang masuk ke kita sah karena itu atas dasar ketertarikan dengan produk. Pelaku lokapasar bisa meminta bantuan pihak lokapasar untuk follow-up ke pelanggan ketika ada promo. Ini masih etis karena by concern. Namun, kalau data penjual ini kita jual ke orang, itu yang tidak etis," ujar Puji.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum