Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kawal Bonus Demografi Indonesia, BPOM: Generasi Penerus Merupakan Investasi Bangsa

Kawal Bonus Demografi Indonesia, BPOM: Generasi Penerus Merupakan Investasi Bangsa Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Reri Indriani menyebut bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2030 Indonesia akan memetik bonus demografi.

Reri memaparkan, bonus demografi ini merupakan kondisi saat Indonesia didominasi oleh penduduk yang berada dalam usia produktif 15 sampai 64 tahun, sekitar 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan akan berkisar 297 juta jiwa.

Baca Juga: Hadapi Bonus Demografi, Kementerian Agama Siapkan Generasi Muda Songsong Indonesia Emas 2045

Reri mengatakan, bonus demografi tersebut mesti dikawal perkembangannya. Hal tersebut dia katakan berdasarkan penelitian pihaknya yang dilakukan bersama Universitas Gadjah Mada.

"Badan Pom bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada sudah melakukan penelitian awal terhadap pasien-pasien yang sebetulnya dari faktor risikonya itu rendah untuk mengalami gagal ginjal, tapi ternyata mengalami gagal ginjal, setelah ditelusuri ternyata disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi jamu yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Kita tahu bahwa BKO tidak boleh digunakan secara terus-menerus. Jadi ini adalah salah satu contoh konkret untuk kita bisa mengawal bonus demografi di tahun 2030-2040," kata Reri, Rabu (13/7/2022).

Berdasarkan hal tersebut, Reri mengingatkan, jangan sampai bonus demografi yang harusnya dipetik Indonesia dengan generasi produktif, tetapi karena pola hidup generasi tersebut tidak sehat, malah menjadi kontra produktif.

Baca Juga: Pertumbuhan Pesat Penduduk Lansia Bisa Dimanfaatkan Jadi Bonus Demografi

Reri memaparkan, berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, indeks kesadaran masyarakat terhadap obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik masih lebih rendah jika dibandingkan dengan komoditas obat dan pangan olahan.

Menurutnya, indeks kesadaran masyarakat terhadap keamanan, manfaat, dan mutu obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik masih sangat rendah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: