Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasukan Khusus SAS dari Inggris Diduga Lakukan Praktik Kurang Ajar Gara-gara...

Pasukan Khusus SAS dari Inggris Diduga Lakukan Praktik Kurang Ajar Gara-gara... Kredit Foto: Reuters/Ali Khara
Warta Ekonomi, London -

Pasukan khusus Inggris atau Special Air Service (SAS) di Afghanistan diduga melakukan tindakan bejat, lapor BBC, Selasa (12/7/2022), dalam penyelidikan terbarunya,

Yang dilakukan, pasukan khusus tersebut setidaknya menewaskan 54 rakyat Afghanistan dalam keadaan yang mencurigakan.

Baca Juga: Giliran Fadli Zon Merapat ke Ukraina, Agenda Utama Ternyata Luar Biasa

Penyelidikan 4 tahun itu menyebutkan bahwa pria Afghanistan yang tidak bersenjata secara rutin ditembak mati "dengan darah dingin" oleh SAS dalam serangan malam hari selama perang panjang.

Menurut penyelidikan itu, pada para jenazah ditambahkan senjata untuk membenarkan penyelidikan itu.

Disebutkan, Jenderal Mark Carleton-Smith memimpin Pasukan Khusus Inggris pada saat peristiwa penembakan tersebut. 

Penyelidikan itu menyebut bahwa sang jenderal  menyadari kekhawatiran di dalam SAS tentang operasi tersebut tetapi gagal melaporkannya ke polisi militer.

“Di bawah undang-undang Inggris yang mengatur angkatan bersenjata, merupakan pelanggaran pidana jika seorang komandan tidak memberi tahu polisi militer jika mereka mengetahui potensi kejahatan perang,” kata BBC.

Carleton-Smith, yang pensiun bulan lalu sebagai kepala tentara Inggris secara keseluruhan, menolak berkomentar kepada program BBC.

Penyelidikan program itu  didasarkan pada dokumen pengadilan, email yang bocor, dan perjalanan jurnalisnya sendiri ke lokasi operasi di Afganistan.

Kementerian pertahanan mengatakan penyelidikan sebelumnya terhadap perilaku pasukan Inggris di Afghanistan tidak menemukan cukup bukti untuk mengajukan tuntutan.

"Tidak ada bukti baru yang diajukan, tetapi polisi akan mempertimbangkan tuduhan apa pun jika bukti baru terungkap," katanya dalam sebuah pernyataan kepada BBC.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: