Kisah Perusahaan Raksasa: China National Coal, Konglomerat Batu Bara Milik Negara Terbesar Kedua di China
China National Coal Group Corporation adalah konglomerat pertambangan batu bara asal China.
Perusahaan ini bergerak dalam produksi dan penjualan batubara, bahan kimia batubara, manufaktur peralatan pertambangan batu bara, desain tambang batu bara dan jasa rekayasa terkait.
Badan usaha milik negara China ini adalah salah satu perusahaan raksasa Fortune Global 500 di peringkat 496 dunia, dengan total pendapatan (revenue) 25,8 miliar dolar AS.
China Coal Group diawasi langsung oleh Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (SASAC) Dewan Negara.
Konglomerat tersebut juga merupakan perusahaan pertambangan batu bara milik negara terbesar kedua di Cihna daratan, dan terbesar ketiga di dunia, tepat setelah Shenhua Group, mengutip Xinhua.
Perusahaan dibentuk pada Juli 1982 atas persetujuan Dewan Negar, pendahulunya adalah China National Coal Import and Export Corporation. Itu adalah perusahaan industri batu bara terpadu nasional yang bergerak dalam perdagangan luar negeri dan kerja sama ekonomi.
Seiring berjalannya waktu, bisnis utama China Coal Group adalah produksi dan perdagangan batubara, batubara untuk bahan kimia, pembangkit listrik, konstruksi tambang batubara, manufaktur peralatan pertambangan batubara dan jasa rekayasa yang relevan.
China Coal Energy Company Limited tercatat di Bursa Efek Hong Kong pada Desember 2006 dan kembali menjadi saham A pada Februari 2008.
China Coal Group mempertahankan saham di "China Coal Heilongjiang Coal Chemical Engineering Group" dan investasi ekuitas di Taiyuan Coal Gasification Group karena mereka masih menyediakan gas batu bara kepada warga secara non-profit.
Pada tahun 2009 korporasi itu kembali dimasukkan sebagai perseroan terbatas. Grup ini juga mengakuisisi Shanxi Huayu Energy di tahun yang sama.
China United Coalbed Methane, perusahaan patungan dari China Coal Group dan PetroChina, menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh China Coal Group juga pada tahun 2009.
Pada saat yang sama PetroChina mengakuisisi beberapa aset dari China United Coalbed Methane. China Coal Group kemudian menjual China United Coalbed Methane ke China National Offshore Oil Corporation secara bertahap dari 2010 hingga 2014.
China Coal Group kemudian mengakuisisi 3,9 persen saham Taiyuan Coal Gasification Group dari sesama pemerintah pusat milik China Cinda Asset Management, tetapi pada tahun 2013 mengalihkan 16,18 persen saham ke SASAC Provinsi Shanxi tanpa kompensasi.
Pada tahun 2014, China Coal Group berjanji untuk menyuntikkan "Heilongjiang Coal Chemical Group" dan "Shanxi Huayu Energy" ke perusahaan yang terdaftar untuk menghindari persaingan.
Per 31 Desember 2015, China Coal Group memiliki saham Taiyuan Coal Gasification Group sebesar 35,39 persen sebagai pemegang saham terbesar kedua.
Terkait suntikkan dana, pada 2016 mereka tetap berada di bagian grup yang tidak terdaftar, tetapi janji itu akan tetap berlaku hingga 2021. Namun demikian, Heilongjiang Coal Chemical Company, perusahaan lain, sudah berada di bawah China Coal Energy.
Pada tahun 2016, Shanxi Huayu Energy menunda satu minggu untuk melunasi pokok dan bunga secara penuh untuk sebuah obligasi.
Sayangnya, menurut sebuah laporan oleh The Guardian, China Coal sejauh ini merupakan pencemar terbesar di dunia, sendirian menyumbang 14,32 persen dari emisi gas rumah kaca dunia.
Pada akhir tahun 2020, China Coal Group memiliki total aset 412,8 miliar yuan dan 120.000 karyawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: