Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terang-Terangan Tolak Diberangkatkan Haji oleh Negara, Gus Baha: Saya Bukan Anti....

Terang-Terangan Tolak Diberangkatkan Haji oleh Negara, Gus Baha: Saya Bukan Anti.... Kredit Foto: Instagram/Ahmad Bahauddin Nursalim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahmad Bahauddin, seorang pendakwah yang lebih dikenal sebagai Gus Baha secara terang-terangan menolak diberangkatkan haji oleh negara. Alasannya pun bikin terenyuh, ia ingin mendidik umat supaya tidak memiliki mental penerima. 

Gus Baha berpendapat, orang yang memberi lebih mulia di hadapan Allah daripada orang yang menerima fasilitas berhaji dari negara.  

Baca Juga: Cara Sederhana Mencintai Islam, Gus Baha: Jangan Sekali-kali Hina Pemeluk Agama Lain!

"Syukur boleh, tapi nggak usah bangga. Biar bagaimana pun posisinya itu mendapat, ketika orang lain memberi," kata Gus Baha dikutip dari YouTube Ngaji Media.

Gus Baha lalu mencontohkan, banyak santri pedotan yang hidup di desa yang hidupnya pas-pasan tapi menghidupkan agama.

"Banyak santri pedotan di desa punya tanah sedikit diwakafkan untuk madrasah, punya penghasilan, sapi milik anak dijual untuk menggaji guru padahal mondoknya nggak khatam Alquran tapi dia menghidupkan agama," kata dia.

"Tapi kalau kamu, khatam lancar juara (MTQ) dikasih umrah dikasih uang. Menurut Allah ya keren yang ngasih daripada yang dikasih," lanjut Gus Baha.

Namun Gus Baha mengingatkan jangan benci yang orang yang juara MTQ karena itu namanya hasud, kriminal.

"Tapi yang juara kok sombong merasa Quran terbaik, saya yang urus," imbuhnya.

Menurut Gus Baha, banyak orang memberi untuk Alquran bukan mendapat.

"Banyak orang jual kebun demi haji, kamu yang dihajikan negara bangga, seakan orang pilihan karena dihajikan negara. Orang lain itu jual kebun hingga bertengkar sama anak istrinya," katanya.

Orang haji seperti ini menurut Gus Baha justru hebat di sisi Allah karena memberi untuk Islam memberi untuk haji.

"Sementara ada orang merasa bangga karena dihajikan negara. Di mana-mana memberi itu lebih baik ketimbang menerima," ujarnya.

Gus Baha bercerita pernah ditawari haji gratis oleh negara namun menolaknya.

"Saya pun pernah ditawarin haji gratis oleh negara, Saya pun suatu saat ya mau, tapi kalau saya mau memang haji itu butuh mufti, pemandu, butuh tahu sah tidak sah," kata dia.

Dengan niat untuk menjadi pemandu, maka ujar Gus Baha, tidak akan terlintas di benaknya rasa bangga karena dia membawa tanggung jawab.

"Kalau niatnya begitu ga sombong ke tetangganya, nggak sempat bangga, nggak sempat sesumbar, dia merasa punya tanggung jawab," kata Gus Baha.

"Tapi problemnya, rata-rata kelakuannya nggak seperti itu. Seakan-akan keren karena dipilih negara. Jadi mikir, haji ditunjuk negara," tuturnya lagi.

Gus Baha tidak senang dengan model kiai yang bangga karena dihajikan negara.

"Hingga detik ini saya berkali-kali ditawari jadi pemandu haji, tapi hingga detik ini saya nggak mau. Tapi kapan-kapan saya mau karena saya nggak anti negara, saya juga nggak ekstremis. Tapi kita harus mendidik umat, biasakan, dilatih," ujarnya.

Menurut Gus Baha, jika biasa hanya mendapat, lama-lama hati menjadi kacau, jelek dan nanti keinginannya menuntut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: