Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom Prediksi Indonesia Bakal Alami Resesi di Paruh Kedua 2022 Akibat Inflasi Global

Ekonom Prediksi Indonesia Bakal Alami Resesi di Paruh Kedua 2022 Akibat Inflasi Global Kredit Foto: Antara/Rony Muharrman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai Indonesia berpeluang mengalami resesi ekonomi akibat inflasi global pada kuartal III atau IV 2022. Sebab, inflasi akan berdampak pada harga yang terus meningkat sehingga berpotensi makin menekan tingkat konsumsi masyarakat.

"Biaya hidup makin meningkat dan daya beli turun. Saya kira ini membuat kita punya peluang di kuartal ketiga atau keempat untuk mengalami perlambatan," ujar Tauhid saat dihubungi Warta Ekonomi, Senin (18/7/2022).

Dia berpendapat inflasi global akan mulai mereda pada awal 2023 mendatang. Meski angkanya tetap tinggi, namun inflasi akan mulai menunjukkan tren penurunan pada waktu tersebut. Asumsinya ini berdasarkan pada adanya pembicaraan antara Rusia dengan Uni Eropa untuk mulai menarik sanksi secara perlahan. Situasi ini diharapkan mampu memperbaiki pasokan minyak dan gas dalam skala global.

Baca Juga: Inflasi Global Diprediksi Akan Terus Berlangsung, Pengamat: Indonesia Aman dari Resesi Kalau...

"Indonesia saya kira situasinya sama, [inflasi] tahun ini akan berada di atas 6,5% sampai akhir tahun tetapi mulai menurun di tahun depan. Asumsinya karena Rusia-Ukraina kemungkinan sanksinya mulai dikendorkan," tuturnya.

Meski begitu, inflasi masih akan menjadi ancaman hingga akhir tahun ini. Sejumlah komoditas yang akan berperan penting adalah BBM dan gas. "Inflasi yang tinggi itu akan menggerogoti prospek pertumbuhan ekonomi, melambat. Potensi pertumbuhan ekonomi saya kira berada di bawah 4,5%, lebih rendah dari prediksi semula yang 5%. [Pertumbuhan ekonomi] pasti akan turun year-on-year, sepanjang tahun," papar Tauhid.

Di sisi lain, resesi akan berdampak pada tingkat kemiskinan di Indonesia. Meski sempat membaik, namun resesi berpotensi makin banyak menyeret masyarakat Indonesia ke bawah garis kemiskinan.

"Beberapa perusahaan mungkin terpaksa kembali lagi ke posisi melemah juga, karena konsumsi melambat sehingga penjualan dan omzet turun. Mungkin beberapa sektor akan kembali mengalami fase resesi, di mana mereka juga akan membayar kewajiban keuangannya," ungkap ekonom Indef itu.

Akan tetapi, masih ada peluang perbaikan yang mungkin mulai berlangsung pada awal 2023, sebagaimana prediksi yang telah ia ungkapkan sebelumnya. Global growth memang menurun pada tahun ini, namun tahun depan akan membaik, menurut Tauhid.

"Biasa, ada satu siklus turun karena situasi ini [inflasi global] dan tahun depan membaik. Saya kira ini menjadi yang berarti buat kita karena paling tidak dari segi sumbangan ekspor-impor perekonomian mulai stabil lagi," tutupnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: