Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ukraina Curhat ke Lembaga Keuangan Dunia Soal Cara Kurangi Pembayaran Utang

Ukraina Curhat ke Lembaga Keuangan Dunia Soal Cara Kurangi Pembayaran Utang Kredit Foto: Reuters/Viacheslav Ratynskyi
Warta Ekonomi, Kiev, Ukraina -

Kyiv sedang berbicara dengan lembaga keuangan internasional utama tentang cara untuk mengurangi pembayaran utang dalam waktu dekat, komisaris pemerintah Ukraina untuk manajemen utang publik Yuriy Butsa mengatakan pada Kamis (21/7/2022).

Pernyataan itu muncul sehari setelah Ukraina meminta kreditur internasionalnya, termasuk kekuatan Barat dan perusahaan investasi terbesar di dunia, untuk membekukan pembayaran selama dua tahun sehingga bisa memfokuskan sumber dayanya yang berkurang pada perang dengan Rusia.

Baca Juga: Sekutu Dekat Putin Desak Rusia, Ukraina, dan Barat Duduk Bareng Agar Hal Paling Mengerikan Gak Terjadi

Penundaan itu dengan cepat didukung oleh pemerintah-pemerintah besar Barat dan dana-dana kelas berat yang telah dipinjamkan ke Kyiv.

"Kami juga berbicara dengan lembaga keuangan internasional. Pendekatan hukumnya bisa berbeda," kata Butsa dalam konferensi yang diselenggarakan oleh lembaga pemikir Pusat Strategi Ekonomi yang berbasis di Kyiv, dilansir Reuters.

"Terlalu dini untuk berbicara tentang mekanisme, tetapi kami mendiskusikan masalah ini dengan kreditur ini dan pemikiran kami mengarah ke arah ini," katanya.

Butsa mencatat bahwa pada tahun 2022, Ukraina di atas kertas akan membayar Dana Moneter Internasional lebih dari yang akan diterimanya. Mengatur program IMF yang baru tidak mungkin dilakukan mengingat keadaan saat ini, katanya.

"Kami sedang berbicara dengan IMF dan mitra lain tentang solusi apa yang mungkin dilakukan. Kami membutuhkan likuiditas dari IMF untuk menggantikan arus keluar ini," katanya.

Ukraina memperkirakan biaya perang dikombinasikan dengan pendapatan pajak yang lebih rendah telah meninggalkan kekurangan fiskal $5 miliar per bulan --atau 2,5% dari PDB sebelum perang. Para ekonom menghitung bahwa mendorong defisit tahunan menjadi 25% dari PDB, dibandingkan dengan 3,5% sebelum konflik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: