Kampanyenya Bawa-bawa Kelicikan China, Rishi Sunak Selangkah Lagi Gantikan Boris Johnson
Kelicikan China diangkat sebagai salah satu kampanye Rishi Sunak demi merebut posisi perdana menteri Inggris yang baru. Negeri Tirai Bambu disebut olehnya sebagai ancaman nomor satu bagi keamanan dalam negeri dan dunia.
Dikutip dari Al Jazeera, Sunak bersaing dengan Menteri Luar Negeri Liz Truss untuk menggantikan Boris Johnson sebagai pemimpin Partai Konservatif. Mereka berpartisipasi dalam debat televisi pada Senin (25/7/2022) malam.
Baca Juga: Rishi Sunak Benar-benar akan Gantikan Boris Johnson Jadi Perdana Menteri karena...
Truss unggul dalam jajak pendapat di kalangan anggota Partai Konservatif yang akan memilik pemimpin baru mereka sekaligus perdana menteri Inggris berikutnya.
Meski begitu, Sunak tetap optimis kampanyenya menjelang hasil pemungutan suara yang dijadwalkan pada 5 September akan terdongkrak dalam debat selama berminggu-minggu.
Janji Sunak soal China disampaikannya pada Senin (25/7) setelah Truss menuduhnya lemah atas Beijing dan Moskow.
Global Times yang dikelola pemerintah China pun sebelumnya menyebut Sunak sebagai satu-satunya kandidat yang berpandangan jelas dan pragmatis tentang mengembangkan hubungan Inggris-China.
Namun, Sunak membantah tuduhan itu dengan mengusulkan penutupan seluruh 30 Institut Konfusius di Inggris. Tujuannya untuk mencegah penyebaran pengaruh soft-power China melalui program budaya dan bahasa.
Ia juga berjanji akan 'mengusir Partai Komunis China (CCP)' dari universitas Inggris dengan memaksa kampus membeberkan dana asing lebih dari 50 ribu poundsterling dan meninjau kemitraan penelitian.
Badan mata-mata dalam negeri Inggris (MI5) akan dimanfaatkan untuk membantu memerangi spionase China. Ia pun akan berupaya membangun kerja sama internasional 'bergaya NATO' untuk mengatasi ancaman China di dunia maya.
Sunak juga akan mempelajari kasus pelarangan akuisisi aset utama Inggris oleh China, termasuk perusahaan teknologi yang sensitif secara strategis. Menurutnya, China mencuri teknologi Inggris dan menyusup ke universitas negaranya.
Negeri Tirai Bambu juga ditudingnya telah menopang Presiden Rusia Vladimir Putin dengan membeli minyak Rusia dan mencoba menggertak tetangganya, termasuk Taiwan.
Sunak pun mengecam skema 'sabuk dan jalan' global China yang menurutnya membebani negara-negara berkembang dengan utang yang mustahil dilunasi.
"Mereka menyiksa, menahan, dan mengindoktrinasi warga mereka sendiri, termasuk Xinjiang dan Hong Kong, yang bertentangan dengan HAM. Mereka terus-menerus mencurangi ekonomi global demi keuntungan mereka dengan menekan mata uang mereka. Cukup sudah. Sudah terlalu lama politisi Inggris dan Barat menggelar karpet merah dan menutup mata terhadap aktivitas dan ambisi jahat China. Saya akan mengubahnya pada hari pertama sebagai perdana menteri," janjinya.
Sementara itu, juru bicara kampanye Truss mengingatkan 'jasa' menteri luar negeri yang telah memperkuat posisi Inggris terhadap China dan membantu memimpin respons internasional untuk meningkatkan agresi China.
"Ini hanya akan berlanjut jika Truss menjadi perdana menteri dan berusaha untuk memperluas jaringan kebebasannya di seluruh dunia," ungkapnya.
Janji Sunak kemungkinan akan menyenangkan 'para elang' China di jajaran Konservatif yang telah berulang kali mendorong Johnson untuk menghadang Beijing. Namun, ini juga pertanda bagaimana Sunak berusaha mati-matian untuk menjegal Truss.
Ketika Sunak dan Truss berada di kabinet Johnson sebelumnya, kebijakan pemerintah Inggris telah mewaspadai China. Pada bulan Maret tahun lalu, tinjauan terpadu keamanan, pertahanan, dan kebijakan luar negerinya menyebut China sebagai ancaman berbasis negara terbesar terhadap keamanan ekonomi Inggris.
Di bawah tekanan politik yang kuat dari Washington, Inggris melarang raksasa teknologi China Huawei untuk terlibat dalam peluncuran jaringan 5G Inggris. Hukum juga diperketat untuk mempersulit perusahaan asing membeli bisnis Inggris di sektor sensitif, seperti pertahanan, energi, dan transportasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: