Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investasi Pasif atau Aktif, Mana Ya yang Lebih Cocok Untuk Investor Retail?

Investasi Pasif atau Aktif, Mana Ya yang Lebih Cocok Untuk Investor Retail? Kredit Foto: MNC Sekuritas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setiap investor akan selalu menginginkan hasil yang optimal dari investasi pasar modal yang mereka lakukan. Namun tujuan ini tentunya tidak akan tercapai jika tidak dikelola dengan tepat. 

Menurut Komite Investasi Asiantrust Asset Management, Julian Alexander Thio, salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar untuk mencapai hasil yang optimal dalam investasi adalah strategi investasi. 

Ia membeberkan bahwa secara umum terdapat dua strategi investasi dalam pengelolaan portofolio yaitu, strategi pengelolaan aktif dan pasif. 

Pengelolaan portofolio secara pasif adalah pengelolaan portofolio yang dilandasi dengan proses pembobotan suatu aset (saham, misalnya) sesuai dengan bobot aset tersebut dalam indeks acuan tertentu. 

Baca Juga: Mau Cari Cuan Tambahan Lewat Trading, Begini Caranya!

Sementara pengelolaan aktif adalah strategi investasi yang proses pembobotan asetnya dilakukan secara aktif sehingga akan cukup berbeda dengan bobot aset tersebut di dalam indeks acuannya. 

"Untuk para investor pasif, mereka cenderung akan membeli Reksa Dana Indeks atau ETF yang mengikuti pergerakan indeks tertentu seperti IHSG atau S&P 500 untuk mencapai hasil investasi yang sesuai dengan return pasar," ujarnya, Rabu (27/7/2022).

"Dilain sisi tujuan dari investor aktif adalah untuk mencapai target return yang lebih tinggi dari return pasar," lanjutnya.

Menurutnya masing-masing strategi investasi memiliki kelebihan dan kekurangan namun semuanya akan kembali kepada tujuan investasi investor.

"Manfaat utama strategi investasi pasif adalah biaya perdagangan dan biaya pengelolaan portofolio yang cenderung lebih murah, seperti pada Exchange Traded Fund atau ETF (Reksa Dana yang diperdagangkan di bursa) misalnya, yang mana transaksi didalam portfolio tersebut akan cenderung lebih sedikit dibandingkan Reksa Dana Saham yang dikelola secara aktif," katanya.

Baca Juga: Bagi Masyarakat yang Akan Investasi Emas Digital, Ini Saran Pengamat

"Disisi lain, strategi investasi aktif melibatkan manajer portofolio yang berperan aktif dalam mengelola dana, dan seringkali memiliki biaya perdagangan dan pengelolaan yang relatif lebih tinggi selain risiko serta volatilitas yang lebih tinggi dibanding indeks acuannya. Tentunya, strategi investasi aktif diharapkan dapat menghasilkan hasil yang lebih tinggi dari indeks acuannya," bebernya.

Singkatnya, investasi pasif adalah cara yang bagus untuk berinvestasi karena menawarkan akses untuk membangun portofolio yang terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan pilihan pasar atau indeks tertentu seperti IHSG, S&P 500 atau indeks yang lain. Namun, ketika berbicara tentang pasar saham di Indonesia, kami berpikir bahwa strategi pasif mungkin tidak cukup baik untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang yang diinginkan oleh investor.

Apabila melihat data, indeks S&P 500 memperoleh imbal hasil tahunan lebih kurang 8%-11% dalam 5-30 tahun terakhir secara konsisten. Akan tetapi, Indeks Harga Saham Gabungan hanya mendapatkan rata-rata imbal hasil tahunan yang malah cenderung menurun dari tahun ketahun (rata-rata 11% dalam 30 tahun terakhir, tapi hanya rata-rata 3% dalam 5 tahun terakhir).  

"Oleh karena itu, kami pikir tepat untuk menerapkan strategi investasi aktif untuk menghasilkan return optimal bagi investor," tuturnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: